Bidadari itu sekarang sendirian.
Ia terlihat sangat sedih.
Jaka Tarub pun mendekati bidadari itu.
“Wahai, gadis. Siapakah namamu? Mengapa engkau bersedih?” tanya Jaka Tarub.
“Namaku Nawang Wulan. Aku bersedih, karena tak bisa kembali ke rumahku di kayangan,” jawab Nawang Wulan.
“Apakah kau seorang bidadari?” tanya Jaka Tarub lagi.
Nawang Wulan mengangguk.
Jaka Tarub pun mengajak Nawang Wulan ke rumahnya.
Karena tak tahu lagi harus tinggal di mana, Nawang Wulan menerima ajakan Jaka Tarub.
Jaka Tarub dan Nawang Wulan akhirnya menikah.
Mereka hidup dengan bahagia.
Jaka Tarub bekerja di sawah, sedangkan Nawang Wulan mengurus rumah.
Bertahun-tahun hidup berkeluarga, ada satu hal yang membuat Jaka Tarub merasa heran.
Padi di lumbung tak pernah habis. Padahal, setiap hari padi dimasak.
Suatu pagi, ketika Jaka Tarub hendak pergi bekerja, ia bertanya kepada Nawang Wulan.