TRIBUNJATENG.COM - Di sebuah rumah berdinding seng yang sempit dan panas di Sei Jepun, Nunukan, Kalimantan Utara, Jailani Ali (39) dan keluarganya telah tinggal bertahun-tahun dalam keterbatasan.
Rumah berukuran 4x6 meter itu dihuni oleh empat orang: dirinya, sang istri, serta dua anak yang masih duduk di bangku TK dan kelas 6 SD.
Selama itu pula, rumah mereka beberapa kali didokumentasikan—difoto oleh berbagai pihak yang datang dengan janji atau sekadar survei.
Namun, tak pernah ada bantuan yang benar-benar datang.
Hingga akhirnya, jajaran TNI hadir melalui program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124.
"Selama di Nunukan, ini bantuan pertama kami. Sering rumah kami difoto, tapi baru kali ini dibantu dan dibangunkan rumah," kata Jailani kepada Letkol Inf. Albert Frantesca Hutagalung, Dandim 0911/Nunukan, Selasa (6/5/2025).
"Tentu kami bersyukur dan senang sekali dengan bantuan Bapak-Bapak Tentara," sambungnya.
Jailani adalah mantan TKI Malaysia yang kembali ke Indonesia pada 2020.
Di Nunukan, ia bekerja sebagai pengikat bibit rumput laut dibantu sang istri.
Penghasilan mereka kini makin menurun karena harga rumput laut jatuh dan ketersediaan bibit makin langka.
"Kami kerja ikat benih rumput laut. Tapi harga rumput laut sudah lama turun, dan yang biasanya satu orang bisa ikat sepuluh tali."
"Tapi sekarang dibagi rata dengan jumlah buruh yang mengikat. Jadi gaji kami juga turun, apalagi sering tidak ada bibit yang diikat," jelasnya.
Selain kondisi rumah yang tak layak, keluarga Jailani juga mengalami kesulitan air bersih.
Mereka hanya bisa mengandalkan tampungan air hujan untuk kebutuhan harian seperti memasak.
Saat musim kemarau, mereka harus membeli air dengan harga mahal.