TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Tangan Tejo Asmoro mendekat ke arah sarang tawon di bawah genting rumahnya di Jalan Ki Hajar Dewantoro, Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal.
Jari-jarinya menggapai kerumunan tawon.
Satu tawon mendekat, oleh Tejo lalu disengatkan ke pasiennya, Wahyu Khonifah, warga Kelurahan Tegalsari.
Baca juga: Djawa Kombi Brew, Street Coffee di Tegal Pakai VW Combi Klasik yang Instagramable Harga Terjangkau
Baca juga: Jelang Idul Adha, Berapa Harga Kurban Domba Texel, Merino dan Saanen di Kambing Center Tegal?
"Ini pengobatan terapi tawon endas atau dikenal juga tawon kertas atau tawon polistes."
"Pasien saya yang sedang diobati ini memiliki keluhan kelenjar tiriod," ungkapnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (23/5/2025).
Bagi Tejo, budidaya lebah maupun tawon bukanlah hal yang baru baginya.
Tejo, pria berusia 58 tahun itu sudah 23 tahun menggeluti budidaya lebah dan terapi sengat lebah, sejak 2002.
Dia merupakan guru PNS di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Brebes.
Meski di lingkungan perkotaan, dia mengubah lingkungan rumahnya menjadi tempat budidaya lebah dan tawon dengan menanam banyak tumbuhan.
"Saya memulai ternak lebih pada 2002 untuk saya manfaatkan hasil madu dan sengat lebahnya," ingatnya.
Tejo masih ingat betul, awal mula menggeluti budidaya lebah saat anak ketiganya lahir prematur dengan berat badan sekira 1,2 kilogram.
Saat itu dia mendapatkan ilmu, bayi yang lahir prematur dengan mengonsumsi madu murni maka perkembangannya akan bagus.
Dia lalu mencari ke beberapa lokasi untuk mendapatkan madu asli.
"Saya bertemu pawang lebah hutan, saya juga belajar ilmunya."
"Alhamdulillah, anak saya perkembangannya bagus."