TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Sosok Peter Mohammad Faruq meninggalkan kesan mendalam bagi kawan sejawatnya.
Bahkan rekannya sesama politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyebut Peter sebagai mualaf yang kafah.
“Beliau itu kalau saya boleh mengistilahkan adalah seorang mualaf yang kafah dibandingkan diri saya yang lahir sebagai pemeluk Islam,” ujar Sekretaris DPC PDIP Kudus Achmad Yusuf Roni.
Perjalanan spiritual Peter menurut Yusuf memang terbilang autentik.
Pasalnya meski dia seorang mualaf dan mengucap sahadat di usia 44 tahun pada 2005, rupanya keputusan pribadinya untuk memeluk agama Islam dilakukan secara sadar.
Dari keputusan itulah yang akhirnya membuat Peter M Faruq bersungguh-sungguh untuk menjalankan ajaran yang dibawa Muhammad SAW.
“Ini sebuah proses bagaimana beliau mendapat hidayah dari Tuhan snagat luar biasa,” kata Yusuf.
Dalam mewujudkan keimanannya yang autentik tersebut, Peter mendirikan musala di rumahnya.
Setiap Ramadan, di musala tersebut digelar salat tarawih dan Peter senantiasa mengikutinya.
Dari segi sosial, menurut Yusuf sosok Peter sangat mengesankan.
Peter yang juga sebagai Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kudus ini memiliki kepedulian sosial yang luar biasa.
Dia bisa dibilang sebagai sosok yang ringan tangan. Setiap ada yang membutuhkan, seketika itu juga Peter berusaha untuk menolong.
“Bahkan beliau pernah berujar kepada saya, selama kamu benar saya bantu. Prinsip itulah yang perlu diteladani kita semua,” kata Yusuf.
Kini Peter telah wafat. Kader PDIP yang kini menjabat sebagai Ketua Komisi A DPRD Kudus tersebut mengembuskan nafas terakhir pada 28 Mei 2025.