Bencana Tanah Gerak di Sirampog Brebes

Nasib Warga Terdampak Tanah Gerak Sirampog Brebes, Harus Menunggu 9 Bulan untuk Tempati Hunian Tetap

Penulis: budi susanto
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Batang kayu hingga potongan besi dari tulangan beton dikumpulkan dari reruntuhan rumah yang masih menyisakan warna oranye di dindingnya itu.

Sesekali, tatapan mereka tertuju ke arah perkampungan yang sudah tak berbentuk lagi.

Nyaris semua rumah di kampung mereka roboh.

Beberapa di antaranya bahkan ambles tertelan bumi seusai bencana tanah bergerak yang terjadi pada Kamis (17/4/2025) malam. 

“Saya ingat anak dan utamanya cucu yang biasanya riang gembira main di rumah dan kampung ini,” kata Nasrullah yang seketika membuat suasana menjadi sedikit kaku. 

Tak melanjutkan kalimatnya, Nasrullah justru tampak menyeka matanya yang sudah basah dengan bulir bening yang mengucur deras dari kedua matanya. 

Sambil terisak dan menarik nafas dalam-dalam, Nasrullah mencoba menguatkan diri untuk melanjutkan ceritanya. 

Dia menyebut, upayanya mengais barang-barang dari rumahnya yang sudah roboh sebenarnya tak lebih dari caranya untuk mengobati kegundahan hatinya. 

PORAK-PORANDA - Potret pada Rabu (27/5/2025) kondisi puluhan rumah di Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes porak-poranda akibat bencana tanah gerak. Bencana ini terjadi pada Kamis (17/4/2025) dan berdampak pada 570 jiwa di tiga dukuh di desa tersebut. (TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO)

Baca juga: Asa Warga di Tengah Tanah Gerak Sirampog Brebes: Harapan yang Masih Tertinggal di Hunian Sementara

“Rasanya getir melihat rumah yang sudah miring dan rusak."

"Sakit rasanya melihat kenangan anak-anak dan utamanya cucu main di rumah."

"Lebih baik dirobohkan saja daripada ingat yang tidak-tidak,” imbuh Nasrullah. 

Mereka secara bergantian bergotong royong mengais barang-barang yang bisa diambil dari rumah mereka sambal meratakan rumah mereka yang sudah rusak parah. 

“Kalaupun kami mengumpulkan besi atau kayu, belum tentu bisa kami manfaatkan lagi."

"Ini semua adalah upaya menghibur diri."

"Apalagi saat ini kami semua nyaris tak bisa bekerja karena sawah kami juga sudah rusak,” kata Nasrullah. 

Halaman
1234

Berita Terkini