Babak Baru Lisa Mariana, Beri Syarat Jika Ridwan Kamil Ingin Damai

TRIBUNJATENG.COM - Kasus antara selebgram Lisa Mariana dan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memasuki babak baru. 

Setelah sebelumnya menggugat Ridwan Kamil ke Pengadilan Negeri (PN) Bandung atas dugaan perbuatan melawan hukum, kini Lisa membuka peluang untuk berdamai.

Dalam pernyataan terbaru yang disampaikan melalui kanal YouTube Cumi-Cumi pada Senin (9/6/2025), Lisa Mariana mengaku tidak menutup pintu perdamaian, asalkan Ridwan Kamil bersedia memenuhi beberapa syarat yang ia ajukan.

“Kalau misalkan harus damai, ya harus sesuai,” ujar Lisa mengutip TribunJatim.com.

Selebgram berusia 25 tahun itu menyebutkan bahwa syarat utama perdamaian adalah komitmen Ridwan Kamil untuk menanggung seluruh biaya hidup dan pendidikan anak yang ia klaim sebagai buah dari hubungan mereka pada 2021 silam.

“Pendidikan anakku sampai nanti kuliah, sampai perguruan tinggi lah ya, sampai menikah lah ya, diwalikan. Karena bayar sekolah mahal, coba dihitung-hitung,” ungkap Lisa.

Lisa juga menyatakan bahwa dirinya siap jika diajak duduk bersama untuk menyelesaikan perkara ini secara kekeluargaan.

“Kalau misal disuruh damai dan duduk bersama, ya oke, aku terima,” lanjutnya.

Sebelumnya, dalam dokumen gugatan yang terdaftar di Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Bandung, Lisa Mariana diketahui menuntut ganti rugi senilai Rp16,6 miliar serta meminta penyitaan rumah Ridwan Kamil di kawasan Ciumbuleuit, Bandung sebagai jaminan bila kewajiban tersebut tidak dipenuhi.

Tagar “Lisa Mariana ingin rumah Ridwan Kamil” pun sempat menjadi pembicaraan hangat di media sosial.

Meski demikian, Lisa menekankan bahwa perjuangannya bukan semata soal materi, melainkan demi masa depan anaknya.

“Seorang ibu itu tidak akan menyerah untuk anaknya, sampai titik darah penghabisan,” tegas Lisa.

Lisa Mariana sebelumnya mengaku pernah menjalin hubungan pribadi dengan Ridwan Kamil pada tahun 2021. 

Ia mengklaim bahwa dari hubungan tersebut, ia kini memiliki seorang putri yang merupakan darah daging sang politisi.