TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Pemkot Tegal menargetkan pembentukan 166 bank sampah di setiap rukun warga (RW) se- Kota Tegal.
Rencana itu disambut baik bank sampah yang sudah berdiri di Kota Tegal.
Direktur Bank Sampah Marga Jaya Rindang Margadana Kota Tegal, Meiwan Dani Ristanto mengatakan, pendirian bank sampah di setiap RW memang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan sampah, baik dari rumah tangga ataupun hilir.
Baca juga: RSUD Kardinah Tegal Gelar Forum Konsultasi Publik Guna Tingkatkan Mutu Layanan
Baca juga: Bupati Ischak Nostalgia dengan Lagu yang Dibawakan Gigi di Puncak Hari Jadi ke-424 Kabupaten Tegal
Menurutnya, keberadaan bank sampah bukan hanya untuk menyelesaikan sampah an-organik dan organik.
Tetapi juga edukasi, sosialisasi, dan pelatihan tentang manfaat sampah agar memiliki nilai ekonomis.
"Outputnya, masyarakat bisa mengelola sampah sendiri dan tidak dibuang sembarangan."
"Mereka pun akan memberikan kesadaran gerakan ini perlu ditanamkan sejak usia dini sampai dewasa," katanya, Minggu (15/6/2025).
Rencana pembentukan bank sampah itu diawali sosialisasi mengundang ketua bank sampah yang sudah eksis dan ketua RW di Gedung Adipura Balai Kota Tegal pada Jumat (13/6/2025).
Pada kesempatan itu, Wakil Wali Kota Tegal, Tazkiyyatul Muthmainnah mengatakan, saat ini masalah menjadi tantangan besar bagi kota-kota di seluruh dunia, termasuk Kota Tegal.
Produksi sampah yang semakin meningkat setiap hari telah menimbulkan berbagai persoalan lingkungan yang kompleks.
Baca juga: PMI Gelar Donor Darah dalam Rangka Hari Jadi ke-424 Kabupaten Tegal dan Hari Donor Darah Sedunia
Baca juga: Free Palestine Menggema di Konser Berjalan Bersama Band Gigi Puncak Hari Jadi ke-424 Kabupaten Tegal
“Jika tidak ditangani secara serius dan berkelanjutan, akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan kenyamanan."
"Kemudian berdampak terhadap citra Kota Tegal sebagai Kota Bahari yang bersih dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Iin sapaan akrabnya mengatakan, solusi strategis yang sedang dilakukan dengan mendorong pembentukan bank sampah di setiap RW.
Program ini bukan sekadar solusi teknis, melainkan sebuah gerakan perubahan pola pikir masyarakat dalam mengelola sampah.
Dari yang sebelumnya dianggap sebagai limbah yang tak bernilai, setelah diolah bisa dimanfaatkan dan menghasilkan nilai ekonomi.