TRIBUNJATENG.COM, SOLO - Wali Kota Solo, Respati Ardi, menyebut dalam empat tahun terakhir, lahan pertanian di Solo berkurang 23 hektare.
Respati Ardi berkolaborasi mendorong produksi beras berkelanjutan melalui SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project (Proyek Beras Rendah Karbon SWITCH-Asia).
Pertemuan bilateral ini diadakan di Bale Tawang Arum, Kompleks Balai Kota Surakarta, Senin (30/6/2025).
Baca juga: Gubernur Ahmad Luthfi Harap Solo Raya Great Sale 2025 Jadi Contoh Pengembangan Ekonomi di Jateng
Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia didampingi sejumlah duta besar dan perwakilan negara-negara anggota Uni Eropa (Tim Eropa) bertemu dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Pemerintah Kota Surakarta.
Adapun delegasi yang hadir yakni H.E. Denis Chaibi, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia yang mewakili Tim Eropa dengan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, dan Wali Kota Surakarta Respati Ardi.
Delegasi dan pimpinan saling menyampaikan pandangan mengenai perkembangan dan kolaborasi saat ini.
Proyek SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project merupakan program yang didanai oleh Uni Eropa dan diimplementasikan oleh Preferred by Nature, bekerja sama dengan Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP).
Proyek ini bertujuan mendukung para petani lokal dengan mengenalkan teknologi pascapanen yang lebih ramah lingkungan dengan bertransisi dari penggilingan diesel ke penggilingan berbasis energi listrik.
Program ini ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon di tingkat penggilingan, menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan mata pencaharian produsen beras.
SWITCH-Asia telah memberikan fasilitasi serta pendampingan kepada 150 penggilingan padi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Wali Kota Surakarta Respati Ardi mengatakan, pengembangan pertanian rendah karbon seperti yang diusung dalam proyek SWITCH-Asia Low Carbon Rice selaras dengan visi Kota Surakarta dalam menciptakan ekosistem pertanian yang berkelanjutan.
Ia memberikan apresiasi terhadap program ini karena mampu memberikan pendekatan yang tidak hanya ramah lingkungan, namun juga berbasis pemberdayaan masyarakat, serta pemanfaatan teknologi.
“Melalui pertemuan ini kami berharap dapat bertukar pandangan, memperkuat kolaborasi, serta meningkatkan peran Kota Surakarta dalam jejaring kerja sama global, khususnya dalam agenda transformasi sistem pangan dan adaptasi perubahan iklim,” kata Respati dalam sambutannya.
Menurut Respati, urbanisasi yang pesat di Kota Surakarta telah membawa dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan.
Menurutnya, dalam empat tahun terakhir, Kota Solo mengalami penurunan lahan yang signifikan, yakni seluas 23 hektare.