Hal ini menyebabkan ketergantungan terhadap rantai pasok pangan semakin meningkat, sehingga menambah risiko terhadap keamanan lokal.
Menyadari tantangan tersebut, Pemerintah kota Surakarta menaruh perhatian serius terhadap upaya penguatan ketahanan pangan.
Pemkot Solo, lanjut dia, telah mengembangkan strategi pertanian perkotaan yang inklusif, partisipatif, dan adaptif.
Salah satu inisiatifnya adalah program Pekarangan Pangan Bergizi yang bertujuan meningkatkan produksi pangan lokal, mengurangi ketergantungan pangan dari luar, serta memperkuat gizi keluarga.
Respati menambahkan, pihaknya juga mendorong pembentukan komunitas pertanian di setiap kelurahan.
“Saat ini, telah terbentuk 105 kelompok pertanian yang tidak hanya menghasilkan sayur-mayur dan protein hewani, tetapi juga mendukung penurunan angka stunting,” kata Respati.
Tak berhenti sampai di situ, Pemerintah Kota Surakarta juga memberikan bantuan sarana produksi seperti benih, bibit ternak, dan ikan.
Hal ini bertujuan untuk mendorong produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Ada pula Taman Winasis yang menjadi pusat pembelajaran urban farming.
Taman tersebut menerapkan sistem inovatif seperti akuaponik, vertikultur, dan pengelolaan limbah organik berbasis maggot.
Respati berharap, kunjungan ini menjadi momentum untuk mempererat kerja sama antara Kota Solo dengan mitra internasional.
“Kunjungan ini merupakan kehormatan bagi kami dan sekaligus menjadi momentum penting untuk mempererat kerja sama antara Solo dan mitra internasional dalam mewujudkan sistem pangan yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan iklim,” pungkasnya. (waw)
Baca juga: Solo Raya Siap Menggeliat! Kadin Jateng Sebut Wilayah Ini "Surga" Peluang Ekonomi Berkelanjutan