Berita Regional

3 Hari Lagi, Ramalan Gempa Megathrust dan Tsunami di Jepang Terbukti? Indonesia Disebut Terdampak

Editor: galih permadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terjadi gempa bumi di wilayah barat daya Jepang berkekuatan 7,1 M pada Kamis (8/8/2024) pukul 14.43 waktu Jepang.

TRIBUNJATENG.COM - Tiktokers asal Indonesia yang tinggal di Jepang, DU DU WI mengatakan Jepang akan diguncang gempa besar dan tsunami pada tanggal 5 Juli 2025.

Hal ini berdasarkan ramalan Ryo Tatsuki yang dikenal dengan buku The Future I Saw pada 1999.

"Di Jepang lagi ramai diramalin gempa besar. Ada seseorang umur 70 tahun pas di dalam mimpinya itu selalu ditulis dalam buku dan dijual. Biniku sampai beli. yang terakhir itu mimpinya besok Sabtu bulan 7 tanggal 5 2025 itu terjadi bencana alam besar daerah Jepang. Gempa atau apa atau tsunami ngga tau," ujarnya, Selasa (1/5/2025).

Baca juga: Daftar 11 Kelurahan di Kulonprogo Yogya yang masuk Zona Merah Gempa Megathrust: Picu Tsunami Besar

Baca juga: Daftar 15 Wilayah Indonesia yang Dikelilingi oleh Titik Megathrust, BRIN: Bisa Picu Tsunami

Baca juga: Gempa Terkini Sore ini 2 Menit yang Lalu, Rabu 2 Juli 2025, Info BMKG

Du Du Wi menambahkan jika sudah dua minggu terakhir televisi Jepang selalu menayangkan siaran langsung tentang Gempa. "Jadi satu menit ada dua Gempa. Tiga hari yang lalu gempa sampai 100 kali dalam sehari, ada 400 kali dalam sehari. Tapi Wallahu a'lam," ujarnya.

Bahkan hari ini sebuah gempa bumi dengan magnitudo awal 5,1 mengguncang Kepulauan Tokara di Jepang bagian barat daya.

Dikutip dari berbagai sumber, Ryo Tatsuki dikenal luas sejak menerbitkan buku The Future I Saw pada 1999.

Pada edisi terbaru bukunya yang terbit 2021, Tatsuki menyebutkan bahwa bencana yang “sebenarnya” akan terjadi pada Juli 2025, melibatkan gempa besar dan tsunami.

Prediksi tersebut kini memicu ketakutan massal menjelang tanggal yang disebutkan.

Tatsuki mengatakan ia bermimpi tentang bencana yang lebih besar lagi, tsunami besar yang dapat meluluhlantakan Jepang dan sekitarnya.

Laut di selatan Jepang seolah "mendidih" dengan gelembung-gelembung besar, yang ia yakini dapat menjadi tanda letusan gunung berapi bawah laut.

Ia berpikir hal ini dapat menyebabkan tsunami tiga kali lebih besar daripada yang terjadi pada 2011 silam.

Bahkan tak hanya Jepang, negara-negara seperti Filipina, Taiwan, Indonesia dapat terkena dampaknya.

Dalam mimpinya, ia melihat pusat bencana di daerah berbentuk berlian yang menghubungkan Jepang, Taiwan, Indonesia, dan Kepulauan Mariana Utara.

Ia juga melihat dua bentuk seperti naga yang menuju ke daerah-daerah tersebut dan kemudian melihat bentuk serupa pada peta bawah laut di dekat Hawaii di Amerika Serikat (AS).

Dalam buku tersebut, ia disebut-sebut pernah memprediksi gempa dahsyat yang terjadi pada Maret 2011, yang menimbulkan tsunami mematikan dan krisis nuklir di Fukushima.

 Tragedi itu merenggut lebih dari 15.000 nyawa dan menjadi salah satu bencana nuklir terburuk dalam sejarah.

Prediksi 300.000 Tewas

Pemerintah Jepang kembali mewaspadai potensi bencana besar yang mengintai wilayah selatannya. 

Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Dewan Manajemen Bencana Pusat Jepang, para ahli memperkirakan kemungkinan terjadinya gempa megathrust di Palung Nankai, yang dalam skenario terburuk bisa merenggut hingga 298.000 jiwa.

Prediksi mengejutkan ini diungkap dalam pertemuan para pakar yang digelar pada 31 Maret 2025, dipimpin oleh Profesor Emeritus Nobuo Fukuwa dari Universitas Nagoya. 

Menurut informasi yang dihimpun, Palung Nankai merupakan palung bawah laut yang terletak di lepas pantai selatan Jepang dan dikenal sebagai salah satu zona seismik aktif yang berisiko tinggi memicu gempa bumi dahsyat. 

Sebelumnya sejarah mencatat bahwa wilayah ini telah beberapa kali menjadi sumber gempa besar dan tsunami mematikan.

Dalam simulasi terbaru, para ahli memperkirakan bahwa sekitar 2,35 juta bangunan akan rusak berat jika gempa tersebut terjadi. 

Rincian korban jiwa juga dipaparkan, dengan 73.000 orang diprediksi meninggal akibat bangunan roboh, 9.000 karena kebakaran, dan 215.000 akibat terjangan tsunami. 

Semua ini dihitung berdasarkan asumsi tingkat evakuasi penduduk hanya 20 persen.

Namun, jika evakuasi meningkat hingga 70 persen, jumlah korban jiwa dapat ditekan hingga sekitar 94.000 orang. 

Di sisi lain, proyeksi bangunan yang hancur total meliputi 1,28 juta akibat guncangan gempa, 188.000 karena tsunami, dan 767.000 akibat kebakaran yang menyebar pascagempa.

Dampak ekonomi dari bencana ini juga menjadi perhatian besar. 

Kerugian maksimal diprediksi bisa mencapai ¥270 triliun yen Jepang atau sekitar $1,81 triliun USD, meningkat drastis dari estimasi sebelumnya sebesar ¥214 triliun.

Meskipun data ini mengungkapkan potensi kehancuran yang besar, pemerintah Jepang disebut telah meningkatkan langkah-langkah kesiapsiagaan bencana secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini diharapkan bisa meminimalkan dampak nyata dari skenario terburuk.

Diberitakan sebelumnya, pada 28 Maret 2025, gempa berkekuatan besar juga mengguncang wilayah Myanmar dan berdampak hingga Tahiland. 

Gempa berkekuatan Magnitudo 7,7 tersebut menyebabkan kerusakan hebat di sebagian besar wilayah Myanmar dan menewaskan lebih dari 2.700 orang.  

Bisakah gempa megathrust membelah Pulau Jawa? Berikut Zona Megathrust di Indonesia (Ist)

Yogya Terdampak Megathrust

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkapkan bahwa Kabupaten Kulon Progo menjadi salah satu wilayah paling rawan terdampak potensi tsunami megathrust. 

Berdasarkan hasil kajian terbaru, tinggi gelombang tsunami di kawasan ini bisa mencapai hingga 22 meter.

Dari hasil pemetaan risiko, terdapat 11 kalurahan di Kulon Progo yang masuk dalam zona merah tsunami. 

Kalurahan-kalurahan ini tersebar di empat kapanewon, yakni Temon, Wates, Panjatan, dan Galur. 

Lokasinya yang berada di sekitar pantai selatan dan bantaran Sungai Progo menjadikan kawasan ini sangat rentan terhadap dampak gempa megathrust yang dapat memicu tsunami besar.

“Sebaran wilayah zona merah itu meliputi Kalurahan Jangkaran, Sindutan, Palihan, dan Glagah (Kapanewon Temon), Karangwuni (Wates), serta Garongan, Pleret, Bugel (Panjatan). Di Galur ada Banaran, Karangsewu, dan Brosot,” jelas Akhid Nur Hartono, Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Damkar, dan Penyelamatan BPBD Kulon Progo, mengutip dari sumber lain, Kamis (12/6/2025).

Untuk mengantisipasi risiko bencana tersebut, BPBD Kulon Progo rutin melakukan pengecekan terhadap sarana peringatan dini tsunami. 

Setiap tanggal 26 pukul 10.00 WIB, sirene peringatan dini diuji coba secara berkala di kawasan rawan seperti Glagah, Palihan, dan Jangkaran, termasuk sistem pengamanan di underpass Yogyakarta International Airport (YIA).

Adapun lokasi titik evakuasi tsunami di Kulon Progo telah disiapkan, yaitu:

1. Girigondo untuk wilayah Temon (zona barat),

2. Stadion Cangkring dan Lapangan Karangsari untuk Wates dan Panjatan (wilayah tengah),

3. Lapangan Cubung untuk wilayah Galur (zona timur).

Sebelumnya, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Natawidjaja, juga memperingatkan potensi gempa besar di wilayah Mentawai-Pagai-Siberut.

Ia memperediksi megathrust dapat memicu gempa dengan magnitudo 8,8 dan tsunami setinggi 5-10 meter. 

Megathrust, jenis gempa besar di zona subduksi, telah terdeteksi dalam riset BRIN selama 20 tahun. 

Peringatan ini bertujuan meningkatkan kewaspadaan tanpa menimbulkan ketakutan, karena waktu pasti terjadinya gempa tidak bisa diprediksi. 

“Ini masih menyimpan gempa M 8,8 intinya perkiraan kita sudah di dalam ujung siklus. Sudah siap melepaskan gempa. Tapi kapan (gempanya)? Seminggu lagi, setahun lagi, atau 10 tahun lagi, kita enggak tahu,” tambahnya. 

Tanda-tanda akan terjadinya gempa besar ketiga di wilayah ini sebenarnya sudah muncul sejak 2007. 

Pada tahun tersebut, gempa megathrust dengan kekuatan M 8,4 dan 7,8 mengguncang Bengkulu dan Mentawai. 

Kemudian, gempa kedua terjadi di Pagai Selatan, Sumatera Barat, pada 2010, yang menyebabkan tsunami setinggi 1,5 meter. 

Berdasarkan kejadian-kejadian tersebut, Hilman memperkirakan gempa besar ketiga masih akan terjadi di kawasan ini karena megathrust Mentawai-Pagai-Siberut belum sepenuhnya mengeluarkan seluruh kekuatannya.

Hilman menambahkan bahwa meskipun gempa pertama dan kedua terjadi pada titik yang berbeda, kekuatan gempa ketiga tidak akan berkurang. 

Sebabnya, gempa-gempa tersebut terjadi di segmen-segmen yang berbeda dalam zona megathrust yang sama. 

Salah satu wilayah yang diperkirakan akan terdampak parah oleh gempa megathrust ini adalah Kota Padang. 

Wilayah tersebut dinilai sangat rentan karena padat penduduk, berada di daerah rendah, dan dekat dengan Pulau Siberut. 

Berdasarkan pemodelan BRIN, tsunami setinggi 5-10 meter akibat gempa ini dapat menyapu wilayah Padang hingga dua kilometer dari garis pantai.

 

 

 

 

Berita Terkini