Indikator tersebut mencakup edukasi pengasuhan berbasis keluarga melalui kelas orang tua, pemantauan pertumbuhan anak secara berkala seperti tinggi, berat badan, lingkar kepala, deteksi dini perkembangan anak, layanan gizi pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti cuci tangan dan kebersihan lingkungan hingga monitoring kepemilikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk memastikan pencatatan anak dalam sistem administrasi negara.
Satuan PAUD didorong untuk menyediakan sarana sanitasi dan akses air bersih yang layak guna menjamin kesehatan dan kenyamanan anak selama belajar.
Dengan kerja sama lintas sektor, Agustina, Wali kota Semarang menyampaikan harapan dan keyakinan terwujudnya kota layak anak dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di Kota Semarang.
“Sebagai Bunda PAUD, Saya percaya bahwa dengan gotong royong, inovasi, dan kemitraan yang kuat, kita bisa mewujudkan Kota Layak Anak dan masa depan yang lebih sehat, adil, dan inklusif untuk seluruh generasi penerus,” pungkas Agustina.
Konferensi ARNEC 2025 sendiri menyoroti pentingnya pelokalan solusi ECD untuk menjangkau anak-anak yang terpinggirkan akibat hambatan disabilitas, gender, lokasi, etnis, atau status ekonomi.
Baca juga: Kuatkan Eksistensi Pokdarwis, Agustina Wali Kota Semarang Siapkan Pameran Berkala Khusus Pokdarwis
Sementara itu, Ketua Dewan Direksi ARNEC, Dr. Sheldon Shaeffer, menegaskan bahwa dengan solusi yang kontekstual dan lokal, pemerintah daerah dapat secara signifikan meningkatkan kualitas dan akses layanan ECD yang inklusif.
Asisten Sekretaris Departemen Pendidikan Filipina, Roger B. Masapol, mengingatkan bahwa masa depan bangsa dibentuk hari ini, di ruang-ruang kelas dan rumah tempat anak-anak tumbuh.
Sedangkan Diane Whitehead dari Childhood Education International menekankan perlunya pembiayaan yang lebih berkelanjutan dan adil untuk memperkuat ekosistem PAUD di tingkat lokal. (Laili S/***)