Ketakutan, Porky berlari ke rumah Petunia untuk menyelamatkan diri.
Serigala itu mengikuti dan tiba di rumah Petunia yang terbuat dari ranting.
"Babi-babi kecil, babi-babi kecil, biarkan aku masuk!" raung serigala itu.
Namun Petunia, yang sedikit lebih berani, menjawab, “Bukan sebesar rambut dagu kita!”
Serigala itu mendengus dan menggeram sekuat tenaga, dan rumah Petunia pun runtuh.
Kini, kedua babi yang ketakutan itu bergegas menuju rumah bata Percy yang kokoh.
Serigala itu, bertekad untuk mendapatkan hidangan lezat, berdiri di depan rumah Percy.
"Babi-babi kecil, babi-babi kecil, biarkan aku masuk!" geram serigala itu.
Namun Percy, yang merasa aman di rumahnya yang kokoh, menjawab, “Tidak dengan rambut dagu-dagu kita!”
Serigala itu mendengus sekuat tenaga, tetapi sekuat apa pun ia berusaha, ia tak berhasil merobohkan rumah bata Percy.
Serigala itu menyerah dan menyelinap ke dalam hutan, menyadari bahwa ia tak bisa menangkap babi-babi pintar itu.
Porky, Petunia, dan Percy belajar pelajaran penting hari itu.
Porky menyadari nilai kerja keras, dan Petunia memahami pentingnya tekad. Percy tahu bahwa kekuatan dan kebijaksanaan dapat menjaga mereka tetap aman.
Sejak hari itu, ketiga babi kecil itu hidup bahagia di rumah bata mereka yang kokoh, menikmati hari-hari mereka yang penuh dengan bermain dan tawa.
Dan setiap kali mereka melihat serigala besar yang jahat mengintai di dekatnya, mereka tahu mereka aman di dalam rumah kokoh mereka. (*)