Ekonomi Bisnis

Biaya Pendidikan Sebabkan Inflasi di Jateng pada Tahun Ajaran Baru

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HARI PENDIDIKAN - Siswa memperingati Hari Pendidikan Nasional di Kelenteng Sam Poo Kong beberapa waktu lalu. Biaya pendidikan menyebabkan inflasi di Jawa Tengah pada tahun ajaran baru 2025/2026. (TRIBUN JATENG/EKA YULIANTI FAJLIN)

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Biaya pendidikan menyebabkan inflasi di Jawa Tengah pada tahun ajaran baru 2025/2026.

Inflasi Jateng pada Juli 2025 tercatat sebesar 0,18 persen secara bulanan.

Angka itu lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,24 persen dan dari inflasi nasional sebesar 0,30 persen.

Baca juga: Inflasi Pangan Gerogoti Pengeluaran Ibu Rumah Tangga, Uang Rp 100 Ribu Sekejap Habis

Secara tahunan, inflasi Jateng sebesar 2,52 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,37 persen.

Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jateng mengalami inflasi.

Kota Tegal mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 0,41persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah (BI Jateng), Rahmat Dwisaputra mengatakan, inflasi pada Juli 2025 terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga pada kelompok pendidikan dengan andil: 0,09 persen secara bulanan seiring dengan tahun ajaran baru 2025/2026 yang dimulai pada pertengahan Juli 2025.

"Komponen penyumbang inflasi pada kelompok tersebut antara lain berasal dari biaya sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah dasar, dan taman kanak-kanak," sebutnya, Rabu (6/8/2025).

Dia melanjutkan, kelompik pendidikan menjadi penyumbang seiring dengan kenaikan biaya pendaftaran ulang maupun kenaikan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) di sebagian sekolah.

Selanjutnya, peningkatan tekanan inflasi disumbang oleh kelompok transportasi dentan andil: 0,03 persen secara bulanan seiring dengan kenaikan harga bensin non subsidi.

PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bensin pada awal Juli 2025 sejalan dengan perkembangan harga crude oil di pasar internasional.

Perubahan harga tersebut antara lain terjadi pada Pertamax meningkat 3,31 persen, Pertamax Turbo meningkat 3,45 persen, Pertamax Green 95 meningkat 3,52 persen, Dexlite meningkat 4,55 persen secara bulanan.

Selain itu, peningkatan harga juga terjadi pada kelompok nakanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,03 persen secara bulanan.

"Beberapa komoditas pangan strategis yang menjadi penyumbang inflasi utama antara lain beras, bawang merah, dan cabai rawit," bebernya.

Menurut Rahmat, beras kembali menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar dalam dua bulan berturut-turut.

Masa panen yang masih sporadis belum mampu menurunkan tekanan harga beras. 

Namun, besaran andil inflasi harga beras pada Juli hanya sebesar 0,04 persen secara bulanan.

Angka tersebut lebih rendah dari Juni 2025 sebesar 0,05 persen.

Kenaikan harga beras telah diantisipasi oleh penyaluran beras SPHP oleh Bulog Jateng yang menargetkan penyaluran beras SPHP sebesar 12.651,44 ton hingga akhir Juli 2025 dari total alokasi beras SPHP sebesar 168.686 ton untuk tahun 2025.

Sementara itu, di peningkatan harga bawang merah dan cabai rawit disebabkan pasokan yang cenderung terbatas seiring dengan cuaca yang kurang kondusif.

"Ke depan, untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi,"

Rahmat menambahkan, program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang atau komoditas di Jateng sehingga inflasi dapat terjaga di rentang sasaran 2,5 ± 1 persen. (eyf)

Baca juga: Suryani Senang Bisa Beli Beras dan Minyak Goreng Subsidi, Dewi: Upaya Pengendalian Inflasi

Berita Terkini