Ada yang menanam kacang, ada juga yang menanam jagung.
Makanya prediksi harganya cukup tinggi,” kata Tholikan.
Selain harga stabil, kata Tholikan, petani tidak kesusahan dalam mencari pupuk.
Pasalnya, stok pupuk senantiasa tersedia.
Namun di balik harga yang stabil, para petani menghadapi tantangan hama.
Yang paling membuat mereka was-was yaitu hama tikus.
Taruhlah dalam satu hektare lahan padi saat panen bisa menghasilkan antara 7 sampai 8 ton, ketika diserang hama tikus hasilnya bisa menurun antara 5,5 sampai 6 ton.
Menurut Tholikan, pada musim tanam pertama kemarin hama tikus terbilang sangat parah.
Lahan satu hektare hanya bisa menghasilkan gabah hanya kisaran 2 sampai 3 ton.
Untuk menghalau hama tikus, kini para petani memasang jebakan kawat listrik di sekeliling sawah.
Tidak ada pilihan lain, sebab jebakan tersebut dinilai para petani paling efektif.
Dengan begitu diharapkan petani bisa mendapatkan panen melimpah.
Sementara Kepala Bidang Pertanian pada Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertanpangan) Kabupaten Kudus Agus Setiawan mengatakan, untuk harga gabah selama dua kali masa tanam terakhir harganya memang di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang hanya sebesar Rp 6.500 per kilogram. Artinya dengan harga di atas HPP petani bisa merasa puas.
“Ini berarti intervensi yang dilakukan memang ada hasilnya.
Untuk harga saat ini berada di atas Rp 7.000 per kilogram,” kata Agus.