TRIBUNJATENG.COM, SOLO -- Alit Karyana (50) pria asal Garut datang ke Solo untuk berjualan bendera di jalan RM.Said selama 3 minggu.
Alit Karyana mengaku berjualan selama 24 jam sejak tanggal 23 Juli 2025.
Rencananya besok tanggal 14 Agustus, Alit akan pulang ke kampungnya.
“Besok saya sudah mau pulang ke Garut, jualan di sini sudah 3 minggu selama 24 jam. Jadi ya bendera ini kayak gini, nggak saya bongkar, persis seperti ini 24 jam,” ujarnya kepada Tribunjateng pada Rabu (13/8/2025).
Alit tak menyangka omset tahun ini mengalami penurunan tajam.
“Sehari cuma laku 2 bendera, omset cuma Rp 3 juta selama 3 minggu ini,” ujarnya.
Alit mengaku selama 15 tahun, ia selalu berjualan di tempat yang sama.
“Saya sudah berjualan sejak 2010, ya di sini, nggak pindah-pindah,” katanya.
Ia mengatakan setiap tahun sejak bulan Juli hingga Agustus, ia mengosongkan pekerjaan untuk berjualan.
“Saya kerja serabutan, tapi tiap bulan Juli sampai Agustus saya jualan di sini,” katanya.
Alit selama berjualan di Solo, ia tidak mencari tempat tinggal.
Ia hanya mengandalkan warung-warung atau mushola di sekitar tempatnya berjualan.
“Saya di sini nggak nge-kost, tapi saya tidur di sini, kadang di warung sebelah, kadang di mushola,” terangnya.
Alit Karyana sangat sedih lantaran jualan tahun ini paling sepi.
Ia mengaku hingga sore ini, belum laku sama sekali.
“Hari ini belum laku sama sekali,” katanya.
Padahal, menurutnya sebelum Covid-19, omset yang ia terima bisa mencapai Rp 8-10 juta.
“Tahun ini paling sepi, padahal sebelum Covid-19 hasilnya lumayan banget, makanya saya bela-belain jualan sampai ke Solo,” ujarnya.
Melihat sepinya penjualan, Alit Karyana tidak menjamin tahun depan dirinya akan berjualan lagi.
“Nggak tahu tahun depan jualan lagi apa enggak, sepi banget, nggak balik modal,” ujarnya.
Alit mengatakan saat ini banyak masyarakat lebih memilih memberi secara online.
“Kayaknya orang-orang senang beli onlije, padahal aslinya harganya sama dengan yang saya jual,” bebernya.
Alit mengatakan bendera yang ia jual dimulai dwri harga 15 ribu hingga ratusan ribu rupiah tergantung dari ukurannya.
Alit prihatin dengan omset yang ia dapatkan, pasalnya ia sudah meninggalkan keluarga namun pulang hanya membawa sedikit uang.
“Saya prihatin, soalnya saya meninggalkan istri dan 4 anak di Garut, ke sini mencari nafkah, tapi yang didapat kok dikit,” terangnya.
Alit mengaku bingung karena modal yang ia pakai buat berjualan merupakan uang hasil pinjaman.
“Saya pulang juga bingung, ini kan saya modal pakai uang pinjaman, sementara jualan sepi, nanti ngembaliin uangnya gimana ya nggak tahu nanti,” katanya.
Alit mengatakan biasanya bendera-bendera yang tidak laku terjual akan ia lelang ke teman-temannya sesama penjual dengan harga lebih murah alias jual rugi.
“Kalau dulu bendera yang tidak laku bisa jadi stok untuk dijual tahun depan, tapi beberapa tahun terakhir, biasanya saya lelang ke teman-teman, harganya lebih murah, yang penting bisa nutup utang yang buat modal jualan,” tandasnya. (waw)
Baca juga: Fakta Demo Ricuh Pati: 34 Luka-Luka, Polisi Tegaskan Tidak Ada Korban Tewas
Baca juga: Eks Bupati Karanganyar Juliyatmono Potensi Dipanggil Lagi dalam Kasus Korupsi Masjid Agung Madaniyah
Baca juga: Agustus Puncak Rezeki Tahunan Nelayan Cilacap, Panen Ikan Meski Harga Stabil