TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Pelaku usaha penggilingan padi di wilayah Kabupaten Karanganyar, Suwarso (64) sebut tidak ada dampak peningkatan pembelian dari konsumen di tengah isu beras oplosan.
Pantauan di salah satu penggilingan padi di wilayah Kecamatan Tasikmadu, terlihat sejumlah pekerja tengah mengangkut karung berisi gabah yang telah dijemur pada Kamis (14/8/2025).
Karung tersebut kemudian disimpan ke dalam gudang menggunakan angkong.
Baca juga: Isu Beras Oplosan Bawa Angin Segar ke Pedagang Beras Curah di Pasar Kroya Cilacap
Laki-laki berkaca mata itu menyampaikan, telah lama tidak mengambil gabah dari luar untuk diolah di tempat penggilingannya pasca pandemi beberapa tahun lalu hingga saat ini.
Di sisi lain, apabila hendak mengambil gabah dari luar harganya terlalu tinggi pada saat ini.
Dia kini hanya mengolah gabah hasil panen dari lahan yang disewanya seluas delapan patok.
Beras dari hasil penggilingan tersebut lantas hanya dijual untuk memenuhi permintaan dari warga lokal baik itu kebutuhan sehari-hari maupun untuk dijual kembali ke toko kelontong. Dia menjual beras dengan harga Rp 13,5 ribu per kg.
"Rata-rata beli ada yang 5 kg, 10 kg, 50 kg," katanya kepada Tribunjateng.com, Kamis.
Saat ditanya terkait penjualan beras di tempatnya di tengah isu beras oplosan, terangnya, tidak berdampak terhadap pembelian dari konsumen.
Baca juga: Daya Beli Beras Masyarakat Kota Tegal Stabil Tak Terpengaruh Isu Beras Oplosan
Kendati demikian, dia tetap menjaga kualitas dari beras yang dihasilkan dari proses penggilingan di tempatnya.
"Saya di sini tidak mungkin akan nyampur, saya menjaga kualitas karena langsung konsumen," terangnya. (Ais)