“Kayak ada yang beda. Bu Warti kelihatan bingung, datang ke rumah saudara terus bantu bersih-bersih sampai kinclong," ujarnya.
Meski masih berstatus pelajar, Fauzan sering membantu ibunya berjualan asongan, murni karena kemauannya sendiri.
“Enggak disuruh, dia yang minta. Katanya mau bantu ibu, soalnya lihat ibunya capek, Fauzan emang sayang sama ibunya, kalau dapat nasi dari Jum'atan kalau ga dimakan sama ibunya dia marah,” lanjutnya.
Pada Selasa (13/8/2025) pagi, Fauzan berangkat bersama bibinya, Sri Suwarti (43), menuju Pati sejak pukul 05.00 WIB.
Mereka berdagang di tengah keramaian aksi demo.
Dari informasi yang di dapat Vicky beberapa pedagang sempat menyarankan keduanya untuk tidak buru-buru pulang.
Namun, saran itu tak dihiraukan.
Sekitar pukul 13.15 WIB, di Km 40.800 Jalan Raya Semarang–Kudus, Desa Cangkring Rembang, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, motor Honda Beat H-5800-UF yang dikendarai Fauzan menabrak bagian belakang truk tronton dump Mitsubishi yang berhenti di pinggir jalan.
Benturan itu merenggut nyawa Fauzan di lokasi kejadian.
Jenazahnya kemudian dibawa ke RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Sementara Sri Suwarti mengalami luka robek di dagu dan meninggal di RS Mardirahayu Kudus.
Jenazah Sri Suwarti di makamkan Kabupaten Pati di daerah rumah mertuanya.
“Kami kaget sekali, apalagi mengingat sikapnya sebelum berangkat itu seperti pamit yang berbeda.
Rasanya sampai sekarang masih enggak percaya,” ucap Vicky. (Rad)