Keluhan terhadap layanan BRT di Semarang tidak hanya datang dari penumpang.
Pengguna jalan juga mengaku terganggu, terutama oleh kondisi fisik armada yang menimbulkan polusi serta perilaku sopir yang dinilai membahayakan.
Dwi (30), pengguna jalan yang setiap hari melintasi kawasan Gajahmungkur Semarang mengungkapkan pengalamannya.
Dia menyebut BRT Trans Semarang kerap mengeluarkan asap hitam pekat, terutama saat melintasi tanjakan.
Hal itu membuatnya selalu menghindari berada di belakang bus tersebut.
“Kalau di tanjakan, pasti keluar asap hitam pekat."
"Aku sampai harus nyari jalan lain atau berhenti terlebih dahulu agar tidak di belakangnya."
"Asap itu bikin batuk, sesak napas, apalagi aku sensitif banget sama asap,” keluh Dwi.
Tak hanya soal emisi, Dwi juga menyoroti perilaku pengemudi BRT Trans Semarang yang kerap dianggap tidak tertib.
“Kadang sopirnya ugal-ugalan, ngebut."
"Itu yang paling aku tidak suka,” tambahnya.
Keluhan Diakui Wali Kota Semarang
Menanggapi keluhan penumpang BRT Trans Semarang, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti mengakui bahwa layanan BRT Trans Semarang memang masih jauh dari ideal.
“Memang kurang, kurang sekali, dan sangat kurang,” ucapnya, Jumat (15/8/2025).
Agustina menjelaskan, armada BRT Trans Semarang sebagian besar merupakan milik pihak ketiga.