"Kami sudah sering sampaikan itu, dan pemerintah desa perlu membuat bank sampah di desa masing-masing dengan menyisihkan sedikit dari Dana Desa yang yang ada," ujarnya.
Tika yakin, dengan cara itu, jumlah sampah yang masuk ke TPA Darupono akan berkurang.
"Jadi sudah terselesaikan di tingkat rumah tangga dan desa dulu sebelum masuk ke TPA," terangnya.
Terpisah, Ketua Bank Sampah Indonesia (BSI) Kendal, Nunuk Sarah Zenubia telah memiliki lebih dari 600 nasabah perseorangan, serta beberapa sekolah, puskesmas, rumah makan, dan OPD yang terlibat aktif dalam penanganan sampah.
Sampah-sampah non organik yang terkumpul itu, bisa ditukar dengan emas antam seberat 0,1 gram.
Mekanisme penukaran disesuaikan dengan harga pasaran emas saat ini, dengan nilai tukar botol plastik dan kardus seharga Rp 1.200 per kilogram.
Dalam sebulan, pihaknya bisa menerima ratusan kilogram kardus dan plastik yang disetorkan dari warga.
Baca juga: Upacara HUT ke-80 RI yang Tak Biasa: Dihadiri Gunungan Sampah dan Ekskavator di TPA Darupono Kendal
"Sampah ternyata punya nilai ekonomis yang bisa berinvestasi, ini bukan masalah berapa uangnya tapi ada kesadaran dan pemahaman baik tentang lingkungan," terangnya.
Nunuk menambahkan, pihaknya juga telah bekerja sama dengan Pegadaian untuk memastikan ketersediaan emas bagi nasabah yang menabung dalam bentuk logam mulia.
"Iya nanti sampah dikumpulkan oleh kami, diberi nama, nanti jika sudah sesuai nilainya bisa ditukarkan dengan emas antam," tandasnya. (ags)