Berita Semarang

BERITA LENGKAP : Pengakuan Hartono dan Sigit Bertahan di Tengah Badai, Pasrah Terombang-ambing

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENYELAMATAN PEMANCING - Enam pemancing berhasil diselamatkan polisi setelah terombang-ambing di perairan Morodemak, Demak, saat cuaca buruk, Selasa (19/8/2025). (TRIBUN JATENG/ISTIMEWA)

“Terus saya bilang, Iyo Mbah pelangi ne neng ujung Dam Abang," timpal Sigit waktu itu.

Semua tertawa dan tersenyum. Tak ada yang tahu, gurauan itu menjadi obrolan terakhir yang hangat sebelum bencana datang.

Mereka berpencar mencari tempat. Hartono dan Sigit menuju dam buntut, sementara Pujo dan Sumono memilih dam ambles, hanya berjarak sekitar 900 meter, langsung berhadapan dengan laut lepas.

Kursi Besi Jadi Tempat Bertahan

Menjelang siang, suasana mendadak berubah. Awan hitam menggantung rendah, angin menderu. 

Kursi besi setinggi 1,5meter tempat Hartono dan Sigit mulai dihantam ombak.

Kursi itu yang kemudian menjadi pijakan terakhir mereka untuk bertahan.

Hartono ingat betul bagaimana ia melihat Sigit berdiri di atas besi sempit itu, tubuh basah kuyup, tangan gemetar menggenggam erat apa pun yang bisa digenggam. 

Setiap kali ombak datang, mereka berdua berdiri dari kursi agar tak terkena ombak.

“Kalau saya tidak di kursi besi, ombaknya itu udah diatas kepala saya," katanya.

Jam demi jam berjalan lambat. Pandangan mereka terbatas, hanya putih buih ombak yang sesekali menampar wajah. 

Sigit mulai menggigil hebat. Hartono berulang kali menepuk-nepuk bahunya, memastikan tetangganya tetap sadar. Ia takut Sigit tiba-tiba kehilangan tenaga.

Di tengah ketegangan itu, harapan sempat muncul ketika perahu penyelamat mendekat. Tapi ombak begitu keras hingga kemudi kapal patah. 

Mereka hanya bisa menyaksikan perahu itu kembali, lalu berganti dengan perahu lebih besar. 

Waktu terasa berjalan sangat lambat, tiap detik dia habiskan untuk berdoa dan berharap agar semua rekannya selamat.

Halaman
1234

Berita Terkini