Keracunan MBG di Banyumas
Keracunan MBG di Banyumas Diduga Karena Makanan Dibawa Pulang, Pemilik SPPG Angkat Bicara
Menurutnya, penyebab gangguan kesehatan pada siswa diduga kuat terjadi karena makanan dibawa pulang dan dikonsumsi di rumah
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Pemilik dapur penyedia makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Karanglewas Kidul, Sri Wiyono, akhirnya angkat bicara soal dugaan keracunan yang dialami puluhan siswa SD di Karanglewas, Banyumas.
Ia mengklaim, makanan dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang dikelolanya tidak bermasalah.
Menurutnya, penyebab gangguan kesehatan pada siswa diduga kuat terjadi karena makanan dibawa pulang dan dikonsumsi di rumah, bukan dimakan di sekolah sebagaimana seharusnya.
Baca juga: Saat 115 Siswa di Banyumas Keracunan MBG Malah Coba Ditutup-tutupi, Karena Terikat Perjanjian?
Dugaan keracunan makanan yang menimpa puluhan siswa SD di Kecamatan Karanglewas, Banyumas, menjadi sorotan publik.
Sri Wiyono, menjelaskan bahwa proses produksi dan distribusi makanan dari dapurnya telah memenuhi standar.
Ia menyebut, tidak ditemukan kesalahan dalam pengolahan makanan maupun kondisi dapur saat dikunjungi oleh berbagai pihak yang melakukan klarifikasi.
"Ketika klarifikasi dari anggota dewan, Dinas Pendidikan, puskesmas, kecamatan, koramil, hingga kepolisian dan Kodim datang ke dapur, mereka menyatakan bahan baku bagus, pengolahan sesuai SOP, pengiriman sesuai SOP.
Bahkan mereka memuji dapur ini bersih, luas, alat-alat bersih, dan nyaman," ujar Sri Wiyono kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (26/9/2025) malam.
Sri Wiyono menjelaskan SPPG Karanglewas Kidul memiliki struktur organisasi yang lengkap, terdiri dari kepala SPPG, ahli gizi, ahli akuntansi, serta 47 karyawan lainnya.
"SPPG ini saya yang mendirikan dan saya yang punya gedungnya.
Total karyawan ada 50 orang.
Kepala SPPG itu diangkat oleh pemerintah melalui program Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI), sedangkan ahli gizi dan akuntansi saya yang angkat langsung," jelasnya.
Menurutnya, sejak program MBG dijalankan, tidak ada kendala pada dua pekan pertama.
Masalah baru muncul pada minggu ketiga, ketika pihak sekolah mulai membolehkan siswa membawa pulang makanan.
"Minggu pertama dan kedua normal. Tidak ada siswa yang sakit.
Baru minggu ketiga ini muncul masalah setelah makanan dibawa pulang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.