Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Keracunan MBG di Banyumas

Keracunan MBG di Banyumas Diduga Karena Makanan Dibawa Pulang, Pemilik SPPG Angkat Bicara

Menurutnya, penyebab gangguan kesehatan pada siswa diduga kuat terjadi karena makanan dibawa pulang dan dikonsumsi di rumah

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TRIBUN JATENG/PERMATA PUTRA SEJATI
MENU MBG - Ilustrasi menu MBG di SD Negeri 4 Kranji Purwokerto yang disajikan kepada siswa dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (19/8/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Pemilik dapur penyedia makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Karanglewas Kidul, Sri Wiyono, akhirnya angkat bicara soal dugaan keracunan yang dialami puluhan siswa SD di Karanglewas, Banyumas

Ia mengklaim, makanan dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang dikelolanya tidak bermasalah. 

Menurutnya, penyebab gangguan kesehatan pada siswa diduga kuat terjadi karena makanan dibawa pulang dan dikonsumsi di rumah, bukan dimakan di sekolah sebagaimana seharusnya.

Baca juga: Saat 115 Siswa di Banyumas Keracunan MBG Malah Coba Ditutup-tutupi, Karena Terikat Perjanjian?

Dugaan keracunan makanan yang menimpa puluhan siswa SD di Kecamatan Karanglewas, Banyumas, menjadi sorotan publik. 

Sri Wiyono, menjelaskan bahwa proses produksi dan distribusi makanan dari dapurnya telah memenuhi standar.

Ia menyebut, tidak ditemukan kesalahan dalam pengolahan makanan maupun kondisi dapur saat dikunjungi oleh berbagai pihak yang melakukan klarifikasi.

"Ketika klarifikasi dari anggota dewan, Dinas Pendidikan, puskesmas, kecamatan, koramil, hingga kepolisian dan Kodim datang ke dapur, mereka menyatakan bahan baku bagus, pengolahan sesuai SOP, pengiriman sesuai SOP. 

Bahkan mereka memuji dapur ini bersih, luas, alat-alat bersih, dan nyaman," ujar Sri Wiyono kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (26/9/2025) malam. 

Sri Wiyono menjelaskan SPPG Karanglewas Kidul memiliki struktur organisasi yang lengkap, terdiri dari kepala SPPG, ahli gizi, ahli akuntansi, serta 47 karyawan lainnya.

"SPPG ini saya yang mendirikan dan saya yang punya gedungnya. 

Total karyawan ada 50 orang. 

Kepala SPPG itu diangkat oleh pemerintah melalui program Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI), sedangkan ahli gizi dan akuntansi saya yang angkat langsung," jelasnya.

Menurutnya, sejak program MBG dijalankan, tidak ada kendala pada dua pekan pertama. 

Masalah baru muncul pada minggu ketiga, ketika pihak sekolah mulai membolehkan siswa membawa pulang makanan.

"Minggu pertama dan kedua normal. Tidak ada siswa yang sakit. 

Baru minggu ketiga ini muncul masalah setelah makanan dibawa pulang. 

Padahal makanan itu harusnya dimakan di sekolah," katanya.

Ia menilai, praktik membawa pulang makanan berisiko tinggi merusak kualitas makanan. 

Ia menyebut, makanan yang dipindahkan ke tempat lain seperti piring rumah, plastik, atau bahkan terkena udara luar, bisa mengalami kontaminasi.

"Ketika makanan dipindah ke tempat lain, misalnya piring rumah atau plastik, itu bisa menjadi media pengurai.

Udara itu juga pengurai. 

Makanan yang harusnya dimakan jam 11 siang, tapi baru dimakan di rumah jam 4 sore, ya sudah rusak. 

Ini yang menyebabkan kemungkinan sakit," tegas Sri.

Ia bahkan menyebut praktik ini bisa jadi dilakukan oleh anak-anak sebagai bentuk kebanggaan kepada orang tua.

"Mungkin ada nilai pamer. Anak ingin menunjukkan ke orang tua, ‘Ini lho Pak, makanan dari sekolah.’ 

Tapi tanpa disadari itu merusak makanan," katanya.

Sri menambahkan, berdasarkan pengamatan setelah pertemuan dengan para kepala sekolah pada Selasa (24/9/2025), pihaknya menekankan larangan membawa pulang makanan. 

Sejak itu, tidak ada lagi kasus gangguan kesehatan.

"Sejak Selasa saya kumpulkan kepala sekolah dan sampaikan makanan tidak boleh dibawa pulang. 

Hari Rabu, Kamis, dan Jumat tidak ada kasus baru. 

Itu menguatkan dugaan saya, bahwa variabel membawa pulang makanan sangat signifikan terhadap kejadian kemarin," terangnya.

Dalam pertemuan itu, salah satu kepala sekolah juga mengakui bahwa mereka baru mengetahui aturan tersebut.

"Kepala SD Pengebatan menyampaikan, 'Saya baru tahu kalau makanan tidak boleh dibawa pulang.' 

Saya juga kaget, berarti ini sudah jelas, kesalahannya di sini," katanya. 

Ia menegaskan, klarifikasi dari berbagai pihak telah dilakukan secara menyeluruh, termasuk dari Dewan, Dinkes, TNI-Polri, hingga pihak sekolah. 

Semua menyimpulkan bahwa tidak ada kelalaian dari sisi dapur maupun kualitas makanan.

"Waktu kejadian saya di Wangon. Saya langsung datang ke dapur jam 1 siang. 

Saya cek, makanan masih bagus, teksturnya bagus, warna bagus. 

Jadi variabel kerusakan bukan dari dapur," tegasnya lagi.

Selain SD Pengebatan, ia juga menyebut kejadian serupa terjadi di sekolah lain, seperti MI Al-Faruq, yang juga membiarkan makanan dibawa pulang oleh siswa.

SPPG Karanglewas Kidul saat ini melayani sekitar 2.900 penerima manfaat dari 25 sekolah di wilayah Pangebatan, Kediri, dan Karanglewas. 

Program ini menyasar daerah-daerah kategori 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) sebagai bentuk percepatan layanan gizi kepada anak-anak sekolah.

Menutup penjelasannya, Sri Wiyono menyampaikan harapan agar peristiwa ini menjadi pelajaran bersama.

"Kejadian ini jadi nilai edukasi. Meskipun saya pemilik, saya tidak mengatur makanan secara langsung. 

Tapi saya ikut bertanggung jawab secara moral. Ini cukup sampai di sini, karena sejak pertemuan hari Selasa, tidak ada masalah lagi. Artinya masyarakat sudah tenang," tutupnya.

Anggota DPRD Banyumas dari komisi 4 bidang kesra, kesehatan dan pendidikan, Rachmat Imanda telah melakukan sidak di SPPG Karanglewas. 

"Betul kami sidak kesana, ada info MBG dibungkus dan dibawa pulang, akan dicek kebenarannya. 

Kalo menu makanan basah lebih baik disantap di sekolah. 

Adapun pemicu dugaan keracunan masih dicari sebabnya. Saat ini sample makanan sudah dibawa ke laboratorium," katanya. 

Imanda mengatakan kontrol harus diperketat. 

Sebab keracunan bisa datang dari bahan baku yang tidak segar, proses masak yang tidak tanek, ompreng yang belum kering. 

Saat melakukan sidak, ia melihat dapur sesuai SOP dan kondiainya longgar dan lain lain. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved