Tribun Jateng Hari Ini
Harga Emas Dunia Catat Rekor Baru Lagi
Harga emas dunia pada Rabu (8/10) pagi WIB, untuk pertama kalinya menembus level psikologis 4.000 dollar AS per ons troi.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: Vito
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Semarang menembus Rp 2,296 juta/gram pada Rabu (8/10). Angka tersebut naik Rp 12.000 dari harga di hari sebelumnya Rp 2,284 juta/gram.
Lonjakan harga emas Antam itu bersamaan dengan harga emas dunia yang bertahan di level tertinggi atau all time high (ATH) pada akhir perdagangan Selasa (7/10) waktu setempat atau Rabu (8/10) pagi WIB, bahkan untuk pertama kalinya menembus level psikologis 4.000 dollar AS per ons troi.
Kalau dihitung per gram, harga logam mulia itu yakni sekira 128,64 dollar AS per gram, atau Rp 2,14 juta per gram (kurs Rp 16.600).
Mengutip Reuters, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,7 persen ke level 4.004,4 dollar AS per ons troi, setelah sempat menyentuh level tertinggi intraday di 4.014,6 dollar AS per ons troi.
Sementara harga emas di pasar spot naik 1,6 persen menjadi sebesar 3.985,82 dollar AS per ons troi, setelah pada sesi sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di 3.990,85 dollar AS per ons troi.
Lonjakan harga emas itu didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) pada akhir bulan ini, serta kekhawatiran di tengah penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang memasuki hari ketujuh.
"Aliran dana ke aset aman (safe haven) masih berlanjut, sebagian disebabkan oleh penutupan pemerintahan AS yang belum menunjukkan tanda-tanda akan teratasi dalam jangka pendek. Hal ini membuat permintaan terhadap emas tetap kuat," ujar Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus Analis Logam Senior Zaner Metals.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) dikenal sebagai safe haven, yang cenderung menguat di tengah gejolak politik dan ekonomi, serta saat periode suku bunga rendah. Sepanjang 2025, harga emas sudah naik sekitar 51 persen.
Reli emas sepanjang tahun ini ditopang oleh berbagai faktor, antara lain ekspektasi pemangkasan suku bunga, berlanjutnya ketidakpastian politik dan ekonomi, pembelian besar oleh bank sentral, aliran dana masuk ke ETF emas, serta melemahnya dollar AS.
Kini, kondisi penutupan pemerintahan AS telah membuat rilis berbagai indikator ekonomi penting tertunda, sehingga investor lebih banyak mengandalkan data non-pemerintah untuk menilai arah kebijakan moneter The Fed.
Investor memperkirakan The Fed bakal memangkas suku bung sebesar 25 basis poin pada pertemuan Oktober, dengan kemungkinan tambahan pemangkasan 25 basis poin pada Desember.
Di sisi lain, ketegangan politik di Prancis dan Jepang turut mengguncang pasar valuta asing dan obligasi global selama 2 hari berturut-turut.
Dari Asia, bank sentral China kembali menambah cadangan emasnya pada September, menandai bulan ke-11 berturut-turut peningkatan kepemilikan logam mulia tersebut, menurut data People’s Bank of China (PBoC). (Eka Yulianti Fajlin/Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.