Berita Bisnis
Harga Emas Hampir Rp 2,3 Juta per Gram: Begini Prospek 2026, Diprediksi Terus Melesat?
Lonjakan harga emas Logam Mulia kian menjadi sorotan utama di pasar investasi, setelah mengalahkan obligasi dan deposito dalam 5 tahun terakhir.
Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM – Lonjakan harga emas logam mulia kian menjadi sorotan utama di pasar investasi.
Memasuki Oktober 2025, harga emas tercatat telah menyentuh level fantastis, mendekati angka Rp 2,3 juta per gram.
Kenaikan signifikan ini menegaskan kembali peran emas sebagai aset safe haven yang dicari di tengah ketidakpastian ekonomi global dan inflasi yang terus membayangi.
Baca juga: Pegadaian Perkuat Ekosistem Emas dan Keuangan Digital Lewat Tring!
Performa gemilang emas sepanjang tahun 2025 menjadi bukti nyata bagaimana logam mulia ini bereaksi terhadap kondisi pasar.
Kenaikan tajam ini dipicu berbagai sentimen, mulai dari ekspektasi pelonggaran kebijakan suku bunga oleh bank sentral global, ketegangan geopolitik, hingga derasnya permintaan pembelian oleh bank-bank sentral dunia.
Lantas, bagaimana perbandingan return investasi emas dalam 5 tahun terakhir jika disandingkan dengan instrumen yang dianggap lebih "aman" seperti deposito dan obligasi?
Emas vs Deposito vs Obligasi: Siapa Paling Unggul dalam 5 Tahun Terakhir?
Untuk investor jangka menengah hingga panjang, perbandingan antara emas, deposito, dan obligasi menunjukkan adanya pola yang berbeda.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, secara historis, emas seringkali muncul sebagai pemenang dalam hal persentase pertumbuhan return total.
1. Emas (Logam Mulia)
Emas dikenal memiliki karakteristik unik. Return utamanya didapatkan dari kenaikan harga (capital gain), bukan dari bunga atau kupon.
Dalam 5 tahun terakhir, terutama saat dunia dilanda ketidakpastian tinggi dan rally kenaikan harga yang terjadi, pertumbuhan harga emas terbukti jauh melampaui deposito dan obligasi.
Emas berperan efektif sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan mata uang, membuat nilainya melonjak pesat, terutama di masa krisis.
Investor yang membeli emas di awal periode ini kemungkinan besar menikmati return yang tertinggi dibandingkan dua instrumen lainnya.
2. Obligasi (Surat Utang Negara/SBN)
Transaksi Tembus Rp 4,8 Triliun Dalam Sebulan, Investor Semarang Agresif Kejar Saham Teknologi |
![]() |
---|
Jangan Sampai Tertipu! Ini 5 Kunci Menghindari Jebakan Investasi Bodong dengan Imbal Hasil Besar |
![]() |
---|
Harga Emas Dunia Naik, Tren Perhiasan 24 Karat Kalahkan 18 Karat di Semarang |
![]() |
---|
Pajak Mati Tak Bisa Isi BBM Subsidi? Pertamina Luruskan Aturan Pembelian Pertalite dan Solar |
![]() |
---|
Harga Emas Tembus Rp 2 Juta per Gram, Dilema Jual atau Tahan untuk Investasi Jangka Panjang? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.