Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribun Jateng Hari Ini

Kendaraan Modern Sudah Kompatibel BBM dengan Campuran Etanol Tanpa Modifikasi

E10 dalam BBM sebagai bagian dari upaya transisi energi menuju bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025.

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: Vito
TRIBUN JATENG/EKA YULIANTI FAJLIN
ISI BBM - Pengendara sepeda motor mengisi BBM jenis Pertamax Green, di SPBU Coco Sultan Agung Semarang, baru-baru ini. Isu miring soal pencampuan etanol dalam BBM tak memengaruhi antusiasme publik terhadap penggunaan BBM baru Pertamina itu. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di tengah isu miring soal penggunaan etanol pada bahan bakar minyak (BBM), pemerintah bersiap menerapkan mandatori etanol 10 persen (E10).

Diketahui, Pertamina memiliki produk BBM yang dikembangkan dengan pencampuran etanol, dengan yang terbaru yakni Pertamax Green, setelah sebelumnya hal serupa dilakukan pada produk Bio Solar.

Menanggapi hal itu, Kepala Inovasi dan Hilirisasi LPPM Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Prof Kusmiyati mengatakan, penerapan mandatori E10 dalam BBM dinilai sebagai bagian dari upaya transisi energi menuju bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025.

Menurut dia, etanol dapat diproduksi dari bahan nabati seperti molases tebu, singkong, atau limbah lignoselulosa.

Hal itu menjadi solusi strategis untuk mengurangi ketergantungan pada impor bensin, dan menurunkan emisi karbon sektor transportasi.

"Etanol memiliki nilai kalor sekitar 66 persen dari bensin, sehingga konsumsi bahan bakar kendaraan bisa sedikit meningkat sekitar 2-4 persen," katanya, baru-baru ini. 

Namun, karena angka oktan lebih tinggi, Prof Kusmiyati menuturkan, proses pembakaran menjadi lebih sempurna dan efisien. 

Sehingga, perbedaan konsumsi pada campuran etanol relatif kecil bagi kendaraan modern dengan sistem injeksi.

Ia menyebut, sebagian besar kendaraan bensin modern di Indonesia kompatibel dengan E10 tanpa modifikasi.

Sementara untuk kendaraan lama dengan sistem karburator atau material lama perlu pemeriksaan lebih cermat.

"Pabrikan global umumnya telah menyesuaikan standar material bahan bakar agar tahan etanol hingga 10 persen," ujarnya. 

Prof Kusmiyati mengakui, etanol bersifat higroskopis atau menyerap air dan sedikit korosif, terutama pada sistem pembakaran kendaraan tua. 

Namun, ia berujar, risiko itu dapat diminimalkan dengan penggunaan BBM berkualitas dan distribusi yang terstandar, servis rutin filter dan tangki BBM, serta menghindi penyimpanan BBM terlalu lama.

Dengan angka oktan tinggi yakni RON 108-109, dia menambahkan, etanol meningkatkan resistensi terhadap knocking dan memperhalus pembakaran. 

Mesin yang optimal untuk oktan tinggi justru dapat menunjukkan respons akselerasi lebih baik, meskipun tenaga puncak sedikit berkurang jika tidak ada penyesuaian rasio kompresi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved