Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribun Jateng Hari Ini

Industri Sawit Jadi Satu Penopang Ekonomi RI

Industri kelapa sawit bukan hanya berperan besar dalam menopang ekspor, tetapi juga menjadi bagian penting dalam transisi energi bersih

Editor: Vito
RODERICK ADRIAN MOZES
Ilustrasi kelapa sawit 

TRIBUNJATENG.COM, BALI - Industri kelapa sawit akan tetap menjadi satu pilar utama ekonomi Indonesia, di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, sektor itu bukan hanya berperan besar dalam menopang ekspor, tetapi juga menjadi bagian penting dalam transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.

“Kelapa sawit tetap menjadi salah satu pilar ekonomi terpenting Indonesia. Pada September 2025, neraca perdagangan mencatat surplus sebesar 4,34 miliar dolar AS, dengan minyak sawit sebagai salah satu kontributor utama,” katanya, dalam Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2025, di Nusa Dua, Bali pada Kamis (13/11).

Sepanjang Januari hingga September 2025, menurut dia, ekspor minyak sawit Indonesia disebut mencapai 28,55 juta ton, meningkat dari periode sama tahun lalu, dengan pembeli utama berasal dari India dan Tiongkok.  

Airlangga menyebut, harga rata-rata tandan buah segar (TBS) berada di kisaran Rp 3,000/kg, yang memberikan dampak positif bagi produsen dan petani kecil.

“Untuk memastikan daya saing dan keberlanjutan, pemerintah memperkuat sertifikasi ISPO agar produksi minyak sawit sejalan dengan standar lingkungan dan global,” jelasnya.

Selain itu, dia menambahkan, pemerintah juga tengah menyiapkan Sistem Informasi ISPO yang menghubungkan data validasi, sertifikasi, dan perdagangan. Sistem itu disebut akan meningkatkan transparansi dan memungkinkan pelacakan produk secara real-time. 

Airlangga menyatakan, industri kelapa sawit kini memainkan peran penting dalam ketahanan energi nasional. Satu di antaranya melalui program biodiesel. 

Menurutnya, program biodiesel Indonesia merupakan satu yang terbesar di dunia dengan B40, dan pemerintah juga sedang bersiap menerapkan B50 pada semester kedua tahun depan. 

“Emisi gas rumah kaca telah berhasil dikurangi sekitar 41,46 juta ton CO2 ekuivalen. Kami juga sedang mempersiapkan penggunaan bahan bakar berbasis sawit untuk avtur berkelanjutan, yang diharapkan dapat diproduksi dalam dua hingga tiga tahun ke depan,” bebernya. 

Airlangga menegaskan pentingnya hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah industri sawit nasional.

“Kita tidak boleh berhenti pada ekspor bahan mentah. Kita harus mendorong hilirisasi, meningkatkan produk, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat industri dalam negeri,” tandasnya. (Kontan/Vina Elvira)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved