Tribubn Jateng Hari Ini
Rebalancing MSCI Turut Jadi Katalis IHSG
Menjelang tanggal efektif MSCI, saham-saham yang baru masuk indeks cenderung menguat karena kebutuhan portofolio rebalancing dari fund global.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI) periode November 2025 akan berlaku efektif mulai Selasa (25/11).
Hal itupun menjadi satu katalis bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), setelah penguatan tipis 0,52 persen pada penutupan akhir pekan lalu.
Dalam hasil rebalancing kali ini, dua saham Indonesia berhasil masuk ke dalam MSCI Global Standard Index, yaitu BRMS dan BREN. Keduanya menggeser posisi saham KLBF dan ICBP.
BRMS berhasil naik kelas dari MSCI Indonesia Small Cap Index, sedangkan KLBF harus turun ke MSCI Indonesia Small Cap Index bersama lima saham lain. Kelimanya yakni DNSG, ENRG, MSIN, RAJA, dan WIFI. Sementara, saham SMSM dan ULTJ tergusur dari MSCI Indonesia Small Cap Index.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan menyampaikan, menjelang tanggal efektif MSCI, saham-saham yang baru masuk indeks cenderung menguat karena kebutuhan portofolio rebalancing dari fund global.
"Dari jajaran saham terkait, inflow asing paling agresif terlihat pada BREN, RAJA, WIFI, dan BRMS, masing-masing dengan katalis yang berbeda," jelasnya.
Menurut dia, kondisi saat ini justru momentum yang pas untuk mulai mengakumulasi saham-saham tersebut.
Hal itu mengingat kenaikan dalam beberapa hari terakhir masih terbilang moderat, dan banyak yang belum menembus resistance utamanya, sehingga ruang upside menjelang rebalancing masih terbuka.
"Biasanya, arus masuk asing dan aksi akumulasi memuncak mendekati tanggal efektif," ucap Ekky.
Analis fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand menyatakan, saham-saham yang masuk ke dalam Indeks MSCI Global Standard, seperti BREN dan BRMS cenderung menunjukkan pergerakan harga yang positif dan signifikan setelah pengumuman, didorong ekspektasi forced buying dari dana pasif global.
"Secara historis, saham yang dimasukkan ke indeks terbukti mencatatkan abnormal return yang positifm, dan peningkatan likuiditas yang signifikan sejak pengumuman hingga hari efektif berlaku," bebernya.
Ia berpendapat, arus dana asing menjelang tanggal efektif menunjukkan dinamika yang kompleks. Meskipun pasar ekuitas Indonesia secara agregat mencatat beli bersih asing di perdagangan setelah pengumuman, saham yang masuk indeks justru menghadapi tekanan jual dari manajer investasi aktif.
Abida juga menyarankan investor memperlakukan sentimen MSCI sebagai event yang didominasi faktor teknikal flow dan bukan fundamental.
Investor disarankan mengambil pendekatan taktis dengan memanfaatkan dislocation harga yang disebabkan forced buying dan forced selling, yang harus diselesaikan semua manajer investasi pasif pada penutupan sesi 24 November 2025.
"Investor harus memiliki strategi keluar yang jelas untuk posisi trading momentum pada saham yang masuk, sebelum tanggal efektif berlaku," tuturnya.
"Waktu yang paling pas untuk memburu saham yang masuk BREN dan BRMS adalah pada saat terjadinya koreksi atau konsolidasi harga, menerapkan strategi buy on weakness (BoW)," tambahnya. (Kontan/Rashif Usman)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/bursa-efek.jpg)