Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Blora

Sepi Pembeli dan Was-was Saat Hujan, Sutarni Harap Pasar Ngawen Blora Bisa Dibangun Kembali

Deretan lapak seadanya tampak berjajar di lorong kecil jalan sebelah Utara, Pasar Ngawen, Blora. 

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/M Iqbal Shukri
PASAR NGAWEN - Kondisi sepi lapak pedagang di lahan relokasi di sebuah lorong sempit, di sebelah Utara Pasar Ngawen, Senin (22/9/2025).(Iqbal/Tribunjateng) 

TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Deretan lapak seadanya tampak berjajar di lorong kecil jalan sebelah Utara, Pasar Ngawen, Blora. 


Di sanalah para pedagang yang sudah hampir dua tahun menunggu janji pembangunan kembali Pasar Ngawen harus bertahan. 


Sejak kebakaran melahap bangunan utama pasar pada awal Januari 2024, mereka direlokasi sementara ke tempat tersebut.


Di lorong jalan yang sempit itu, udara panas bercampur dengan debu kendaraan yang lalu lalang. 


Sejumlah pedagang hanya bisa duduk termenung di lapak kecil dagangannya.


Barang dagangan seperti kaos, celana, sarung, dan jenis pakaian lainnya, tersusun rapi, menunggu sentuhan tangan pembeli.


Namun suasana sepi, membuat pedagang hanya pasrah menunggu.

Kondisi itu berbeda saat para pedagang berjualan sebelum Pasar Ngawen kebakaran.


"Sangat menurun drastis mas (penjualannya-red).

Kadang sehari ada yang nggak laku juga. 

Kalau sebelum pasar kebakaran, masih lumayan, setiap hari pasti ada yang laku, jadi bisa untuk kebutuhan sehari-hari."


"Karena sepi seperti ini, kadang malah ada pedagang lain, yang enggak mau jualan juga, soalnya pasarnya memang sepi," jelas, salah seorang pedagang, Sutarni, saat ditemui Tribunjateng, di lapaknya, Senin (22/9/2025).


Rasa was-was juga selalu menghantui. Awan gelap jadi pertanda buruk.

Begitu hujan turun, lapak-lapak dengan bangunan sederhana itu tak lagi mampu melindungi. 


Sebab air hujan akan masuk dari segala arah, membasahi barang dagangan, jika tak segera tutup. 


"Kalau hujan ya pasti semua akan tutup.

Apalagi kalau hujan angin. Kalau (dagangan) baju seperti ini kan basah nanti, kalau enggak ditutup," terang, pedagang pakaian itu.


Sebelum pasar kebakaran, biasanya Sutarni, membuka lapaknya dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB.


Namun, di tempat relokasi, ia hanya buka sampai pukul 13.00 WIB, lantaran panas, dan sudah sepi. Namun, jika turun hujan, dirinya akan tutup lebih cepat.


Sutarni menyebut selama direlokasi, pihaknya juga tidak ditarik retribusi oleh Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM (Dindagkop UKM) Blora.


Hanya saja, ia dan pedagang lain membayar uang kebersihan untuk pihak RT setempat.


"Kalau retribusi nggak bayar mas.

Tapi kalau saya pribadi sih bayar retribusi nggakpapa, yang penting tempatnya nyaman.

Kalau nggak bayar, tapi tempatnya seperti ini ya nggak nyaman," tutur perempuan berusia 50 tahun itu.


Hampir dua tahun sudah Sutarni dan pedagang lain menunggu, berharap Pasar Ngawen segera dibangun kembali.


Namun, yang ada hanya janji tanpa kepastian.

Sementara roda ekonomi para pedagang terus tersendat.


"Harapannya ya kita itu para pedagang meminta untuk (pasar-red) segera dibangun.

Supaya perekonomian itu seperti dulu lagi."


"Sudah hampir 2 tahun sejak kebakaran, katanya itu tahun ini (dibangun-red), tapi kenyataannya kok ya belum ada pergerakan.

Kalau bisa itu ya segera dibangun," jelasnya.


Hal senada juga diungkapkan, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Ngawen, Muhammad Sururi.


Sururi mengatakan bahwa banyak pedagang yang mengeluh lantaran Pasar Ngawen belum dibangun.


"Penanganannya sangat lambat sekali, karena sudah hampir dua tahun setelah kebakaran, tapi sampai sekarang belum juga dibangun lagi." 


"Pedagang banyak yang tanya. Katanya tahun kemarin mau dibangun, sudah disurvei, toh belum ada tindak lanjutnya, banyak yang menanyakan itu," terangnya.


Sururi, mengatakan untuk saat ini dirinya bersama pedagang, hanya bisa menunggu agar Pasar Ngawen segera dibangun kembali.


"Kami sebagai perwakilan atau ketua paguyuban ya bisanya hanya menunggu dari pusat itu aja Mas," terangnya.


Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pasar, Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Dindagkop UKM), Margo Yuwono, menjelaskan pembangunan Pasar Ngawen akan dibangun tahun 2025 ini.


"Rencana akan dibangun tahun ini. Kami juga dilibatkan terus dalam rapat-rapat dengan Kementerian PU," jelasnya.


Margo menyampaikan Pasar Ngawen rencananya akan dibangun dengan anggaran dari Pemerintah Pusat, senilai Rp 38,2 miliar.


"Anggarannya sekitar Rp 38,2 miliar," ujarnya.


Menurut Margo saat ini masih dalam proses perencanaan untuk pelelangan.


"Kemarin saya kontak dengan kementerian, insyaallah saat ini masih dalam proses gitu, proses persiapan untuk lelang, bahasanya begitu," jelasnya.


Margo menyebut untuk proses lelang pembangunan Pasar Ngawen itu, dilakukan langsung oleh Kementerian PU.

Setelah proses lelang selesai, nanti akan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembangunan.


Pihaknya, berharap jika nanti Pasar Ngawen sudah bisa dibangun kembali, para pedagang bisa berdagang dengan nyaman, dan perekonomiannya bisa naik lagi.


Di sisi lain, diharapkan nanti bisa menyumbang untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) lagi. 


Sebab, sebelum kebakaran, Pasar Ngawen menjadi salah satu pasar dengan jumlah retribusi terbanyak, yang disumbangkan untuk PAD.


"Pasar Ngawen sebelum kebakaran, per tahun bisa menyumbang di atas Rp 1 Miliar untuk PAD."


"Namun, setelah kebakaran ya sudah tidak ada lagi, karena tidak ada pemasukan dari sana."


"Tidak ada penarikan retribusi karena pedagang sudah direlokasi ke tempat lain, dan sudah tidak menempati lahan kita, jadi sudah tidak ada pemasukan retribusi setelah kebakaran itu," paparnya.(Iqs)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved