Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Puisi Aku Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang

Puisi berjudul Aku karya Chairil Anwar menjadi salah satu karya sastra paling terkenal dalam sejarah Indonesia.

Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
ISTIMEWA
Puisi Aku Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang 

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi.

Baca juga: Lirik Lagu Puisi Aqeela Calista

 Mengenal Puisi "Aku" Karya Chairil Anwar, Simbol Perlawanan dan Keabadian

Puisi berjudul Aku karya Chairil Anwar menjadi salah satu karya sastra paling terkenal dalam sejarah Indonesia. Ditulis sekitar tahun 1943, puisi ini tidak hanya memotret jiwa pemberontakan seorang penyair muda, tetapi juga merepresentasikan semangat kebebasan yang tumbuh di masa penjajahan Jepang.

Latar Belakang PenulisanChairil Anwar dikenal sebagai tokoh utama Angkatan ’45. Pada masa itu, masyarakat Indonesia hidup di bawah bayang-bayang penindasan, sehingga muncul dorongan kuat untuk merdeka. Melalui Aku, Chairil menegaskan tekadnya sebagai individu yang berani, bebas, dan tidak gentar menghadapi kematian.

Tema dan MaknaIsi puisi Aku sarat dengan tema eksistensialisme dan perlawanan. Chairil menulis dengan bahasa lugas dan tegas, menggambarkan keberanian seorang manusia menghadapi hidup sekaligus maut.

Kutipan paling ikonik dalam puisi ini adalah:"Aku mau hidup seribu tahun lagi."

Kalimat tersebut menjadi simbol bahwa meskipun tubuh manusia bisa binasa, semangat dan karya akan terus hidup, bahkan melampaui batas waktu.

Gaya BahasaPuisi Aku menggunakan diksi sederhana, kalimat pendek, namun penuh tenaga. Chairil menolak gaya romantik-klasik yang kala itu masih dominan. Ia menghadirkan nuansa baru dalam sastra Indonesia—lebih modern, lugas, dan penuh perlawanan.

Posisi dalam Sastra IndonesiaPuisi ini tidak hanya melekat pada sosok Chairil Anwar, tetapi juga menjadi ikon sastra modern Indonesia. Aku menandai lahirnya suara individu yang berani melawan arus, serta menjadi warisan yang terus dipelajari di sekolah hingga sekarang.

Warisan AbadiLebih dari 80 tahun sejak ditulis, puisi Aku tetap relevan. Semangat “hidup seribu tahun lagi” seakan menegaskan bahwa karya sastra bisa membuat seseorang abadi, meski raganya telah tiada.

 (*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved