Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jawa Tengah

Ibu Bongkar Fakta Kronologi Kematian Anaknya Korban Perundungan di Wonosobo: Awalnya Sakit Perut

TA siswa SD kelas 3 Kertek Wonosobo meninggal setelah sebelumnya mengalami sejumlah keluhan kesehatan yang diduga berkaitan dengan perundungan.

Penulis: Imah Masitoh | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/IMAH MASITOH
DUGAAN PERUNDUNGAN - Siti Fatimah, ibu bocah SD di Wonosobo yang meninggal diduga menjadi korban perundungan di sekolah. Suasana berkabung masih menyelimuti rumah duka di Dusun Kenjer, Kelurahan Kertek, Kabupaten Wonosobo, pada Jumat (10/10/2025). 

Melalui Koordinator Wilayah (Korwil), tim Disdikpora bertemu dengan kepala sekolah serta guru-guru untuk mengumpulkan informasi.

“Kami sudah meminta keterangan dari pihak sekolah, baik secara lisan maupun dalam bentuk laporan tertulis mengenai situasi dari Agustus hingga Oktober 2025,” ungkap Musofa kepada Tribunjateng.com, Jumat (10/10/2025).

Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa selama periode tersebut, sekolah tengah menjalani proses revitalisasi. 

Kegiatan upacara sempat ditiadakan, namun apel Hari Kesaktian Pancasila tetap digelar pada Rabu (1/10/2025).

Terkait informasi yang menyebut dugaan perundungan terjadi saat upacara, Musofa menegaskan bahwa siswa yang dimaksud tidak hadir pada hari itu karena sakit.

“Di rekaman CCTV juga tidak terlihat yang bersangkutan karena memang tidak masuk sekolah,” jelasnya.

Untuk menggali informasi lebih dalam, Disdikpora membentuk tim tambahan yang melibatkan pejabat dinas dan tokoh masyarakat. 

Tim ini ditugaskan untuk menemui orangtua siswa, Lurah setempat, serta pihak-pihak terkait lainnya.

“Kami ingin memastikan kebenaran informasi yang beredar. Harapan kami, tidak terbukti ada praktik bullying di sekolah tersebut,” tambahnya.

Baca juga: Makam Bocah 9 Tahun di Wonosobo Dibongkar, Muncul Dugaan Korban Perundungan

Meski hingga saat ini belum ditemukan bukti adanya perundungan, Disdikpora tetap menekankan pentingnya gerakan anti-bullying dan menyatakan komitmennya untuk terus melakukan upaya pencegahan di seluruh satuan pendidikan.

Berdasarkan keterangan guru kelas dan guru-guru sebelumnya, siswa yang bersangkutan memang diketahui kerap absen karena kondisi kesehatan.

Orangtua siswa tersebut juga secara rutin memberikan informasi izin sakit melalui pesan grup WhatsApp kepada wali kelas, dan bukti komunikasi itu masih tersimpan.

“Kalau anak sakit, itu kondisi yang harus dimaklumi. Tidak bisa dipaksakan untuk tetap masuk sekolah,” ujar Musofa.

Pihak sekolah pun telah menyiapkan dokumen absensi dan bukti komunikasi dengan orangtua untuk mendukung keterangan tersebut.

Dalam laporan tertulis dari Korwil Kecamatan Kertek, juga disebutkan bahwa pada Rabu (1/10/2025) sekolah menggelar upacara dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved