Supardi Torehkan Keindahan Batik dengan Pewarna Kulit Kayu dan Daun Indigo

TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Seorang warga Kabupaten Batang menekuni pembuatan batik dengan pewarna alam.

Pembuatan batik tersebut menjadi bagian dari upaya menjaga alam. 

Di Desa Denasri Kulon, Kecamatan/Kabupaten Batang, seorang pria bernama Supardi menenun harapan lewat lembar demi lembar batik tulis pewarna alam.

Sejak 2011, ia setia pada jalur yang tak banyak ditempuh yaitu menggunakan pewarna alami dari kulit kayu, buah, dan daun untuk produk kain batiknya.

“Saya ingin batik ini menyenangkan dilihat, anggun dengan pewarna alami,” kata Supardi kepada Tribun Jateng, Sabtu (11/10/2025).

“Kami perdalam pada pewarnaan alamnya, dengan kulit kayu mahoni, kulit kayu tegeran, buah jalawe, indigo, dan kayu tingi," sambungnya.

Supardi meracik sendiri pewarna alam untuk batiknya.

Dia menyebut satu per satu bahan pewarna, di antaranya kulit kayu mahoni warna merah, kayu tingi dengan merah tua, buah jalawe berwarna kuning, kayu tegeran berwarna kuning muda, hingga daun indigo yang menghasilkan biru tua.

 “Semua saya kemas jadi satu, supaya batik kami punya warna yang indah dan mengesankan,” ujarnya.

Pewarna alami yang ia racik bahkan telah dipatenkan beberapa waktu lalu, menandai pengakuan resmi atas inovasi yang ia kembangkan selama bertahun-tahun.

“Alhamdulillah, pewarna alam kami sudah dipatenkan. Ini jadi semangat baru untuk terus berkarya,” ujar Supardi.

Menjaga alam

Di tengah industri tekstil yang serbainstan, Supardi memilih tetap kembali ke alam.

Menurutnya, hal itu menjadi bukti menjaga alam.

"Pewarna alam itu limbahnya aman, air tidak tercemari, sehingga lingkungan sekitar juga tidak tercemar,” kata Supardi.