Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Nur Bisa Bawa Pulang Rp 1,5 Juta dari Pasar Pagi Imam Barjo 

Pasar tiban yang bermunculan di berbagai lokasi di Kota Semarang menjadi tumpuan bagi para pedagang untuk memperoleh pendapatan.

Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini Rabu 22 Oktober 2025 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANGPasar tiban yang bermunculan di berbagai lokasi di Kota Semarang menjadi tumpuan bagi para pedagang untuk memperoleh pendapatan.

Salah satu pasar tiban yang terbilang cukup lama berada di sepanjang Jalan Imam Barjo, Kelurahan Pleburan, Kecamatan Semarang Selatan. 

Pasar tiban yang berada di jalan masuk menuju kampus Universitas Diponegoro (Undip), Pleburan, tersebut telah berumur sepuluh tahunan.

Pasar Pagi Imam Barjo, demikian pasar tiban itu biasa disebut, mulai beroperasi pada tahun 2015.

Pada Minggu pagi, suasana di sepanjang Jalan Imam Barjo, dipadati pedagang.

Jalan itu yang awalnya menjadi kantong parkir beralih menjadi pasar tiban. 

Deretan lapak mulai dari  makanan, minuman, pakaian, pernak-pernik menjadi satu dan berjajar di sepanjang jalan itu. Pasar tiban itu dipadati pengunjung setelah melakukan aktivitas Car Free Day (CFD) di Jalan Pahlawan.

Selama aktivitas pasar tiban, area itu ditutup dan tidak diperbolehkan dilewati kendaraan. 

Nur Hanifah, penjual pakaian, menuturkan bahwa dia berjualan di jalan itu sejak tahun 2021, pada pandemi Covid-19 dan masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Usaha di area itu sangat menguntungkan dan omzet yang diperolehnya selama sehari berjualan menggiurkan.

"Omzet bisa capai Rp 1,5 juta kalau berjualan di jalan ini," ujar Nur kepada Tribun Jateng, beberapa waktu lalu.

Awalnya Nur hanya coba-coba berjualan area itu.

Usahanya waktu pandemi Covid-19 gulung tikar dan dia kemudian mencoba peruntungan berjualan di pasar tiban. 

Biasanya, Nur mulai jualan di Pasar Pagi Imam Barjo pada pukul 05.00 dan selesai pukul 10.00.

Dia membayar iuran untuk paguyuban sebesar Rp 20 ribu. 

"Untuk tempat saya sudah menetap di tempat saya berjualan ini dan tidak pindah-pindah lagi," kata dia.

Teguh, pedagang telur gulung, telah berjualan di pasar tiban Jalan Imam Barjo sejak tahun 2018.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai office boy (OB) mengaku, penghasilan yang diperolehnya saat berjualan di area itu dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kalau ramai omset saya bisa mencapai Rp 1 juta," kata dia.

Ketua Paguyuban Pasar Pagi Imam Barjo, Hardi Handayani mengatakan, pasar pagi itu ada sejak tahun 2015.

Pasar itu hanya buka setiap hari Minggu dari pukul 06.00 hingga pukul 10.00.

"Total saat ini ada sekitar 250 pedagang yang berjualan di pasar tiban itu," ujarnya.

Menurutnya, tiap area lapak terdapat koordinator lapangan (korlap).

Pedagang berjualan sesuai dengan tempat yang ditentukan oleh korlap tersebut.

"Total ada delapan korlap di sepanjang lapak tersebut. Yang menjadi korlap itu petugas parkir," katanya.

Dia menambahkan, paguyuban itu saat ini tidak menerima anggota baru.

Lokasi di jalan Imam Barjo telah penuh lapak.

"Kalau jualan bisanya hanya menggantikan pedagang yang libur," kata dia.

Dia berharap, jam berjualan di area tersebut ditambah.

Namun dirinya hanya mengikuti aturan pemerintah selama berjualan di jalan itu.

"Kami paham kan di sini banyak instansi. Kalau ada acara kasihan tidak bisa lewat. Prinsipnya, kami ngikuti aturan pemerintah," ujarnya.

Menteri Supeno

Sementara itu, nasib pedagang pasar tiban di Jalan Menteri Supeno tak seberuntung pasar tiban di sekitaran CFD Jalan Pahlawan.

Meski berdekatan dengan Jalan Pahlawan,pasar tiban di area Jalan Menteri Supeno justru relatif sepi.

Padahal pasar tiban yang buka pada hari Jumat dan Minggu ini menjajakan berbagai macam kuliner, pernak-pernik, dan busana. 

Antok, pedagang tahu petis menuturkan, sudah berjualan di Menteri Supeno sejak tahun 2017.

Dirinya berjualan dari pukul 06.00 hingga pukul 10.30. 

Awalnya dia mendapat omset besar saat berjualan di pasar tiban itu.

Namun omsetnya turun setelah adanya penutupan Jalan Menteri Supeno saat pasar tiban.

Penutupan dilakukan Satlantas Polrestabes Semarang, sejak empat bulan silam.

"Jalan ditutup sehingga mobil tidak bisa masuk di area pasar tiban dan pengunjung enggan datang kemari karena jauh memarkirkan mobilnya," tuturnya.

Penutupan jalan, kata dia, omset yang diterima pedagang turun 70 persen.

Jalan Menteri Supeno ditutup dengan alasan ingin mengembalikan marwah CFD tanpa adanya kendaraan.

"Ini yang membuat pendapatan pedagang menurun," kata dia.

Ketua Paguyuban Gergaji Semarang, Taman Indonesia Kaya (PGS-TIK), Anggo Saputra mengatakan, total 120 lapak yang terdata di area itu.

Namun setelah empat bulan penutupan Jalan Menteri Supeno jumlah yang buka turun menjadi hanya 80 lapak.

"Semenjak (jalan) ditutup, mereka libur karena sepi pengunjung dan tidak sesuai dengan dana operasional yang dikeluarkan," tuturnya.

Dia menambahkan, awalnya pedagang berjualan di Jalan Pahlawan saat CFD.

Namun karena jumlah pedagang membeludak, akhirnya sebagian pedagang berjualan di Jalan Menteri Supeno.

"Para pedagang akhirnya membentuk paguyuban," ujarnya. (Rahdyan Trijoko Pamungkas) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved