Berita Purbalingga
Proses yang Panjang Jadi Tantangan UPTD Perbenihan Mewek Purbalingga Produksi Benih Padi
Produksi benih UPTD Perbenihan Mewek, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga tidak terlepas dari berbagai tantangan.
Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA — Produksi benih UPTD Perbenihan Mewek, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga tidak terlepas dari berbagai tantangan.
Sehingga tidak semua hasil panen benih padi pada dapat diolah menjadi benih.
Plt UPTD Perbenihan Mewek, Nunik Andriani mengatakan, sebetulnya setiap hasil panen bisa diolah menjadi benih.
Namun karena lamanya proses, membuat pihaknya hanya mampu memproduksi benih di satu kali tahap panen.
"Biasanya kita bisa memproduksi sampai jadi benih itu di tahap pertama Oktober - Maret (Okmar), tapi kalau sudah di tahap kedua April-September (Asep) seperti sekarang ini kita tidak bisa.
Karena kita harus mengejar target PAD, sehingga biasanya di tahap ini kita hanya memproduksi dan menjual sampai tahap calon benih saja," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (28/10/2025).
Nunik mengatakan, untuk memproduksi padi menjadi benih dibutuhkan proses yang cukup panjang. Salah satunya ialah dalam proses penjemuran.
"Untuk memproses padi menjadi benih, dibutuhkan pengurangan kadar air hingga maksimal 11 persen dan itu hanya dilakukan dengan cara dijemur. Sehingga prosesnya butuh waktu yang cukup lama," katanya.
Selama proses pengeringan tersebut, kata Nunik, tidak boleh dilakukan menggunakan mesin pengering seperti oven atau sejenisnya, karena dapat membuat kualitas benih menjadi kurang bagus.
"Sehingga kita benar-benar mengandalkan cuaca saja, kalau cuaca sedang tidak bagus otomatis akan lebih lama prosesnya," ucapnya.
Kemudian, selain penjemuran, proses pembuatan label untuk benih juga dinilai terlalu lama, yakni bisa membutuhkan waktu hingga satu bulan.
"Jadi kalau semua mau diproduksi jadi benih ya akan lama waktunya, tidak akan cukup, karena kita di akhir tahun ini sudah harus dikejar untuk setor PAD," ujarnya.
Lebih lanjut, dalam satu kali masa panen, pihaknya mengatakan bisa menghasilkan hingga sebanyak 30 ton.
Namun seringkali besaran jumlah tersebut tidak sebanding dengan permintaan pasar dan sulitnya untuk mencari penangkar. Sehingga tidak semua hasil panen benih padi, dapat diolah menjadi benih.
"Kita pernah sudah jual sampai benih untuk benih Inpari 47, tapi karena tidak ada permintaan dan saprotan juga tidak ambil. Akhirnya kita jual calon benih. Harganya pun juga lebih rendah,"
"Penangkar juga tidak pasti selalu membeli, sehingga tidak semua terjual benih," pungkasnya.
| Makanan Bergizi Gratis di Purbalingga Disorot BPKP: Benarkah Sudah Sesuai Standar Gizi Nasional? |
|
|---|
| 3 Bulan Buka Lapak Jual Obat Daftar G di Karangmoncol Purbalingga, AS Ngaku Kiriman Seseorang |
|
|---|
| Pria Asal Aceh Jual Obat Terlarang di Purbalingga, Ditangkap Saat Transaksi di Gubug Desa Jetis |
|
|---|
| 5 Toko Modern di Purbalingga Langgar Aturan: Sudah Beroperasi Tapi Izin Belum Lengkap |
|
|---|
| Hama Tikus Dominasi Serangan di Sawah Purbalingga Sepanjang 2025 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.