Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banjarnegara

Energi Hijau yang Bertahan di Tengah Endapan 

PLTA Panglima Besar (PB) Soedirman atau dikenal PLTA Mrica Banjarnegara, Jawa Tengah, yang bergantung pada alam kini menjadi sorotan.

Tribunjateng/Mamdukh Adi Priyanto
KERUK SEDIMENTASI - Kapal pengeruk sedimentasi yang beroperasi di Waduk Mrica, Banjarnegara. Sedimentasi kian parah mengancam operasional PLTA Mrica. 


Membangun sistem kelistrikan rendah emisi melalui pemanfaatan EBT harus disertai dengan menjaga lingkungan untuk menciptakan sistem energi yang andal dan berkelanjutan.

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Di tengah isu lingkungan dan perubahan iklim, PLTA Panglima Besar (PB) Soedirman atau dikenal PLTA Mrica Banjarnegara, Jawa Tengah, yang bergantung pada alam kini mendapat sorotan.

Bukan karena usianya yang senja, tapi karena ketangguhannya menyalakan energi bersih hingga hari ini.
Air Waduk PB Soedirman itu tampak tenang di permukaan memantulkan langit pagi yang biru muda, Selasa (21/10/2025).

Namun, di balik kedamaiannya, ada pertempuran yang tak terlihat, pertarungan antara waktu, alam, dan teknologi.

Baca juga: Cegah Kerusakan, Petugas Rutin Cek Pipa Pesat Indonesia Power Sub Unit PLTA Ketenger Banyumas

Sedimentasi perlahan mengendap di dasar Waduk PLTA Jenderal Besar Soedirman, menggerus ruang air yang menjadi sumber tenaga listrik hijau yang menghasilkan listrik 3 x 59,8 Megawatt dan bagian dari suplai interkoneksi listrik untuk Jawa-Bali.

Di sinilah para teknisi PLN bekerja, memastikan turbin tetap berputar dan energi terus mengalir, meski lumpur terus menumpuk di bawah permukaan.

“Kapasitas air waduk sekarang hanya tersisa 10 persen, sisanya lumpur sedimentasi, Hal ini tentunya menjadi tantangan korporasi untuk tetap menjaga keandalan pembangkit,” kata Senior Manager PT PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Mrica, Nazrul Very Andhi kepada Tribun.

Sampai penghujung 2024, total sedimen yang mengendap di Waduk Mrica sebanyak 133 juta meter kubik. PLN Indonesia Power UBP Mrica mencatat, rata-rata sedimen yang mengendap di Waduk Mrica sebanyak 3,7 juta meter kubik pertahun.

Tiga kapal dredger atau pengeruk, menggali dan mengangkat material dari dasar perairan waduk, yang beroperasi tiap hari, hanya mampu mengatasi sekitar 2 juta meter kubik pertahun. Sisanya, 1,7 juta meter kubik sedimen tertinggal dan mengendap di waduk.

Waduk Mrica, tidak hanya berbicara soal bisnis listrik yang mengairi PLTA, tetapi memiliki fungsi lain yang bermanfaat untuk masyarakat.

Pusat pengendali irigasi yang menjangkau puluhan ribu hektare lahan di beberapa kabupaten merupakan satu di antara manfaat agar perekonomian warga berdenyut.

PLTA tak hanya mendukung kedaulatan energi, tetapi juga kedaulan pangan. Selain itu, berfungsi sebagai pengendali banjir di wilayah sekitar. Luapan Sungai Serayu yang tertahan dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik di waduk ini.

Beroperasi pada 1989, pembangkit listrik dengan energi baru dan terbarukan atau EBT ini tidak mencemari dan merugikan lingkungan.

PLTA tak menghasilkan emisi karena tidak ada aktivitas pembakaran saat beroperasi.

Dengan keterbatasan alat dan sumber daya, upaya pengelolaan waduk dengan mengangkat sedimen akan berat jika faktor pemicu sedimentasi di hulu tak teratasi. 

PLN Indonesia Power tidak bisa berjalan sendiri, ia membutuhkan banyak pihak untuk mengatasi permasalahan ini untuk menciptakan EBT yang andal dan berkelanjutan.

“Jika sedimentasi tidak diatasi, ada saatnya nanti akan penuh,” tandas Nazrul.

Menurutnya, sedimentasi menjadi masalah umum di hamper seluruh PLTA PLN Indonesia Power UBP Mrica.

Mrica mengelola 34 unit pembangkit yang tersebar di Sembilan kabupaten kota di jawa tengah dengan kapasitas terpasang 333,78 megawatt yang terdiri dari PLTA dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.

Selain mempertahankan operasional PLTA yang sudah ada, akselerasi untuk mengejar bauran EBT dilakukan dengan menambah PLTMH. Sejumlah PLTMH yang dikelola PLN Indonesia Power antara lain di Gunung Wugul, Siteki, Plumbungan (Banjarnegara), PLTMH Lambur dan Harjosari di Pekalongan.

Meskipun memproduksi daya yang tidak banyak atau di bawah 10 megawatt, namun kontribusi PLTMH dalam pemenuhan ketersediaan listrik cukup vital.

Masalah di Hulu

Di kedalaman yang tak terlihat, butiran lumpur terus bekerja diam-diam, mengendap, menumpuk, dan perlahan menantang kekuatan listrik yang dihasilkan dari arus Sungai Serayu. Bagi PLN Indonesia Power, sedimentasi bukan sekadar tumpukan material di dasar waduk, melainkan ancaman nyata bagi keberlanjutan energi hijau.

Setiap tahun, jutaan meter kubik endapan terbawa arus Sungai Serayu dan mengisi ruang tampung waduk, menurunkan kapasitas air yang dibutuhkan untuk menggerakkan turbin.

Untuk menahan laju itu, berbagai upaya terus dilakukan, mulai dari pengerukan, sistem flushing, hingga koordinasi lintas sektor dalam rehabilitasi daerah tangkapan air di hulu.

Kerusakan di Daerah Aliran Sungai atau DAS Serayu yang mengakibatkan sedimentasi besar-besaran di PLTA Mrica, dikarenakan degradasi lingkungan di hulu. Terutama di wilayah dataran tinggi Dieng.

Selain pihak PLTA, masyarakat di sepanjang DAS Serayu dinilai punya peran vital untuk ikut menjaga keberlanjutan Waduk Mrica.

Nazrul pun menyayangkan bahwa pihaknya seolah jadi penanggung jawab tunggal atas berbagai permasalahan di DAS Serayu, terutama sedimentasi.

PLN Indonesia Power pun menginisiasi program pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan dalam bentuk rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu dan Optimalisasi Waduk Panglima Besar Jenderal Sudirman, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Langkah ini dilakukan, sebagai salah satu upaya menjaga keandalan pembangkit.Keandalan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) tentunya tidak lepas dari kondisi waduk yang merupakan sarana atau media penampung energi primer PLTA.

Dalam kondisi saat ini, dan sebagai upaya investasi jangka panjang, PLTA Mrica bergerak untuk laksanakan program pemeliharaan di daerah waduk secara berkala. Di antaranya dengan melakukan kegiatan maintenance dredging, merintis sekolah lapangan, dan program hijaunesiapower yang juga bekerjasama dengan stakeholder terkait, untuk program-program yang berhubungan dengan kelestarian di DAS Serayu.

PT PLN Indonesia Power memberikan dukungan berupa pelatihan, penyediaan bibit, serta pengolahan hasil panen dan pemasaran melalui program Hijaunesiapower. Termasuk melaksanakan penanaman tanaman konservasi dan tabur benih ikan di daerah Wonosobo dan Banjarnegara.

Seorang local hero setempat, Maman Fansyah merangkul sejumlah peternak untuk melakukan penanaman tanaman pakan di sepanjang DAS Serayu. Selain bisa menjaga konservasi DAS Serayu, tanaman-tanaman tersebut juga berguna untuk pakan hewan ternak.

“Kami menanam tanaman konservasi, tapi bisa juga untuk pakan ternak. Contohnya, Kaliandra dan Indigofera,” ucapnya.

Peternak yang merasa diuntungkan dengan adanya pakan ‘gratis’ tersebut juga pastinya akan ikut merawat tanaman sekaligus menjaga konservasi DAS Serayu. 

Sejumlah kegiatan yang dilakukan Maman antara lain, pembibitan di area pilot project, penyediaan bibit tanaman pakan ternak kambing, dan perawatan bibit serta pendistribusian ke area DAS Serayu dan lanjut ke penanaman di area DAS Serayu.

Pengolahan pakan yang dilakukan dengan cara mengolah menggunakan mesin chopper, menyimpan dengan metode silase baller, dan mengolah daun indigofera menjadi bubuk konsentrat.

Pengelolaan kambing perah dilakukan dengan memproduksi susu kambing, pengolahan susu kambing, pembibitan kambing untuk meningkatkan mutu genetik, dan pemanfaatan kotoran kambing untuk menghasilkan biogas.

Kotoran kambing dan gulma eceng gondok dari PLTA Mrica juga diolah menjadi pupuk serta didistribusikan untuk pupuk tanaman pakan kambing di DAS Serayu.

Dengan begitu, PLN  Indonesia Power berharap sejumlah aksi ini dapat menjadi contoh untuk para petani yang berada di daerah Hulu untuk dijadikan ekosistem.

Keterlibatan Semua Pihak

Akademisi Universitas Indonesia (UI) Imam Prasojo, beberapa kali menyambangi Banjarnegara dan ikut menyoroti permasalahan masalah sedimentasi Waduk Mrica yang mengancam operasional PLTA.

Menurutnya, jika sedimentasi Waduk Mrica tidak teratasi, tidak menutup kemungkinan bendungna jebol sehingga terjadi bencana dan operasional PLTA pun terhenti.

“Ini juga tentunya menghambat target bauran energi terbauran yang dicanangkan pemerintah,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia juga getol memperjuangkan pemulihan lahan kritis yang membuat kondisi Waduk Mrica semakin memprihatinkan.

Pihaknya bersama komunitas pegiat lingkungan dan PT PLN Indonesia Power menggandeng lima kepala daerah yang dilintasi Sungai Serayu untuk menjaga keberlangsungan DAS Serayu.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen pun ikut berpartisipasi mencegah erosi dan sedimentasi di Waduk Mrica.

Baru-baru ini, ia melakukan penanaman pohon buah di kawasan waduk.

Ia menuturkan, prihatin dengan tingginya sedimentasi di Waduk Mrica. Waduk yang dikelola PLN Indonesia Power tersebut dirancang beroperasi 50 tahun, namun sekarang baru 31 tahun sedimentasinya sudah tinggi.

Melalui penanaman bibit buah itu, diharapkan akan membantu mencegah erosi dan sedimentasi. Menurutnya, manfaat waduk Mrica sangat besar, karena merupakan sumber pasokan pembangkit listrik tenaga air untuk Jawa dan Bali.

“Saat ini energinya masih bertahan untuk pasokan listrik. Namun jika sedimentasi terus menerus terjadi, tentunya akan berpengaruh terhadap pasokan energi. Melalui langkah penanaman bibit pohon ini, diharapkan dapat membantu mengatasi erosi, sekaligus memberikan nilai ekonomis kepada warga untuk pemanfaatan lahan di sekitar waduk,” kata tokoh yang akrab disapa Gus Yasin ini.

Baca juga: Kunci Jawaban Kelas 3 SD Tema 6 Subtema 3 Halaman 107-112 Energi Alternatif PLTA, PLTS dan PLTB

Adapun bibit buah yang ditanam adalah durian dan alpukat. Diharapkan, lahan yang berada di sekitar waduk dapat dimanfaatkan untuk masyarakat, dan membawa dampak ekonomis terhadap warga.

Ratusan santri dari Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Banjarnegara, turut serta menyaksikan aksi penanaman tersebut.

Kepada para santri, Taj Yasin berpesan agar mereka ikut menjaga lingkungan sekitar pesantren. Sebab, pelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab semua kalangan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved