Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Parlementaria

Komisi B DPRD Jateng Soroti Ancaman Sosmed dan AI Untuk Remaja

Anggota Komisi B  DPRD Jateng, Muhaimin soroti ancaman sosial media dan kecerdasan buatan (AI) untuk remaja.

Istimewa
Anggota Komisi B  DPRD Jateng, Muhaimin soroti ancaman sosial media dan kecerdasan buatan (AI) untuk remaja. 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Anggota Komisi B  DPRD Jateng, Muhaimin soroti ancaman sosial media dan kecerdasan buatan (AI) untuk remaja.

Terlebih tragedi peledakan diri yang terjadi di sebuah SMA Jakarta beberapa waktu lalu diduga dilakukan seorang remaja korban perundungan.

Muhaimin menegaskan  negara harus hadir dalam menghadapi ancaman digital yang semakin kompleks. Terlebih perkembangan teknologi tidak bisa dihentikan.

"Ancaman yang datang dari ruang digital maupun dari penggunaan AI harus kita antisipasi dengan serius, terutama demi melindungi remaja," ujarnya, Senin (17/11/2025).

Baca juga: Anggota Komisi D DPRD Jateng Belajar Pengelolaan Sampah di Dinas Lingkungan Hidup Bantul

Anggota DPRD Jateng dari fraksi PKB ini menyebut, rendahnya literasi digital membuat remaja rentan terpapar konten ekstrem, manipulasi emosional, hingga pengaruh AI yang tidak sehat.

Lingkungan keluarga dan sekolah kerap kali tidak siap mengawasi penggunaan teknologi yang begitu luas dan cepat.

“Ruang digital hari ini sudah menjadi tempat berinteraksi, membentuk opini, bahkan memengaruhi kesehatan mental. Tanpa bekal yang cukup, remaja kita bisa terseret arus negatif yang tidak mereka pahami,” ujarnya.

Menurut politisi dari dapil Wonosobo, Temanggung dan Purworejo  arah pendidikan harus dibangun secara seimbang. 

Dunia pendidikan harus mulai merespon tantangan baru ini dengan mengadopsi metode pembelajaran yang lebih menekankan nilai humanisme, etika, dan penguatan karakter.

“Sekolah tidak boleh hanya mengejar kecakapan teknologi. Metode pembelajaran harus kembali dikuatkan pada aspek kemanusiaan seperti empati, gotong royong, integritas, serta kemampuan mengelola emosi. Di tengah gempuran teknologi, inilah benteng utama siswa agar tidak mudah terpengaruh arus negatif dari internet maupun AI,” jelasnya.

Muhaimin menyebut penanaman karakter bukan lagi sekadar pelengkap, tetapi kebutuhan utama untuk melahirkan generasi muda yang tidak hanya melek digital tetapi juga bijak, beradab, dan kuat secara mental.

“Kalau dunia pendidikan tidak adaptif, kita hanya mencetak generasi yang pintar teknologi tetapi rapuh jiwanya. Padahal yang kita butuhkan adalah generasi yang punya kepribadian kuat, paham nilai kemanusiaan, dan mampu menggunakan teknologi secara bertanggung jawab,” jelasnya.

Dia mendorong pemerintah Jawa Tengah untuk memperluas kerja sama dengan sekolah, pesantren, dan komunitas pemuda dalam membangun program literasi digital yang menyentuh keamanan, etika, dan kesehatan mental. Pihaknya mendesak pemerintah pusat merumuskan regulasi penggunaan AI yang lebih ketat, terutama platform yang memungkinkan interaksi personal dengan remaja.

“Jika kita tidak bergerak cepat, ancaman ini bisa masuk tanpa kita sadari. Pemerintah harus membangun mekanisme perlindungan yang komprehensif, mulai dari pengawasan platform digital, respon cepat terhadap konten bermasalah, hingga layanan psikologis yang mudah diakses,” tuturnya.

Ia menuturkan teknologi harus menjadi bagian dari kemajuan peradaban, bukan sumber malapetaka. Negara harus bisa memastikan generasi muda siap menghadapi.

“Tugas negara dan dunia pendidikan adalah memastikan generasi muda kita siap menghadapinya dengan karakter yang kuat dan nilai kemanusiaan yang kokoh,” tandasnya.(rtp)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved