Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Longsor di Majenang Cilacap

Buku "Bayang Kematian" di Longsor Cibeunying Cilacap, Kakak Dua Korban Meninggal Ungkap Kisahnya

Sebuah buku lusuh ditemukan tim SAR di Workshit A1 saat proses pencarian korban longsor di Desa Cibeunying

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Permata Putra Sejati
CERITA KELUARGA KORBAN - Ranti (25) kakak dari dua korban longsor, Maesaroh (13) dan Dyah Ramadani (17) yang jadi pemilik buku sebuah chapter berjudul "Bayang Kematian", Kamis (20/11/2025). Ranti tak kuasa menahan tangis ketika dikabari bahwa buku tersebut ditemukan di lokasi pencarian. 

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Sebuah buku lusuh ditemukan tim SAR di Workshit A1 saat proses pencarian korban longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap. 


Buku itu ditemukan, Selasa (18/1/2025) disaat pencarian hari keenam. 


Ketika dibuka, tepat pada salah satu halamannya tercantum sebuah chapter berjudul "Bayang Kematian". 


Di bawahnya, tertulis rangkaian kalimat yang menggambarkan upaya seseorang menyelamatkan temannya dari timbunan bangunan mirip dengan apa yang terjadi pada para korban longsor Desa Cibeunying delapan hari ini.


Berikut ini adalah kutipan dalam buku tersebut. 


"Tanganku mulai menggali puing-puing yang mulai menimbun tubuh Sita, tapi timbunan bangunan itu terlalu kuat dan tanganku mulai terluka. Aku menangis dan aku harus mencari jalan menyelamatkan Sita.


Kutatap sekelilingku harus menemukan sesuatu yang kuat untuk menggali bangunan yang menimbun tubuhnya. Disana aku temukan sebuah besi yang sudah patah namun masih kuat dan bisa digunakan dengan segera.


Aku berlari dan mulai menggali, lelah mulai mendera pada diriku, Ya Tuhan sulit sekali, aku mulai menangis dalam kekecewaan.

Baca juga: "Saya Akan Tunggu Sampai Anak Saya Ditemukan" Kisah Seorang Ayah di Lokasi Longsor Majenang Cilacap


Kulihat wajah Sita yang mulai melemah, tubuhnya tidak bisa dikeluarkan, hanya tangannya saja yang terus menggapaiku.


Tenang, tenang ya Sit, bagaimanapun aku akan menyelamatkanmu. Sita terus menatapku sungguh aku tidak tega, Ya Tuhan jangan ambil nyawa saudaraku. Aku ingin dia hidup dan tidak ingin kehilangan dirinya, aku menyayanginya.


Percuma, tanganmu tak kuat, bangunan ini terlalu kuat. 


Suaranya semakin lemah," demikian tulisan pada buku tersebut.


Semakin menyayat dibaca ketika terbaca kalimat lain pada halaman berikutnya:


"Aku terus berdoa agar ada yang mau mendengarkan teriakanku. 


Lalu aku menemukan Tim SAR yang sedang menyelamatkan para korban," tulis dalam buku itu.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved