Banjir
Daftar Desa Terendam Banjir di Wanareja Cilacap, Jumlah Terus Bertambah
Guyuran hujan yang terus turun di wilayah barat Cilacap membuat perhatian publik tidak hanya tertuju pada longsor di Desa Cibeunying.
Penulis: Rayka Diah Setianingrum | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Guyuran hujan yang terus turun di wilayah barat Cilacap membuat perhatian publik tidak hanya tertuju pada longsor di Desa Cibeunying Majenang, tetapi juga pada banjir besar yang kini meluas di Kecamatan Wanareja.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Budi Setyawan mengatakan, banjir di Kecamatan Wanareja kian meluas usai hujan deras turun berhari-hari dan debit Sungai Cikawung serta Citanduy meningkat tajam.
Menurutnya, banjir di Kecamatan Wanareja, terjadi pada Selasa (12/11/2025) lalu.
"Kondisi banjir saat ini dinamis dan terus berubah sesuai intensitas hujan," ujarnya, Kamis (20/11/2025).
Baca juga: Pemprov Jateng Siapkan Lahan Relokasi Warga Terdampak Longsor di Cilacap dan Banjarnegara
Baca juga: Nasib PSCS Cilacap di Ujung Tanduk: Akuisisi Terancam Batal, Pemilik Saham Naikkan Harga Sepihak
Budi menjelaskan, di Desa Sidamulya menjadi wilayah dengan dampak terbesar karena enam dusunnya terendam banjir dengan ribuan warga terdampak.
"Sidamulya merupakan titik terparah karena berada di hilir aliran air dari dua sungai besar," kata Budi.
Sedangkan di Dusun Mekarsari RW 05 tercatat 279 rumah terdampak dengan 89 rumah terendam dan 190 tergenang.
"Ketinggian air di Mekarsari bervariasi hingga mencapai 70 sentimeter," jelasnya.
Ratusan warga Mekarsari mengungsi ke rumah keluarga karena kondisi air di dalam rumah telah mencapai 15 hingga 30 sentimeter.
"Warga memilih mengungsi demi keselamatan karena ketinggian air terus berubah," tutur Budi.
Dusun Margosari RW 06 juga mengalami hal serupa dengan total 270 rumah terdampak dan lebih dari dua ratus jiwa mengungsi.
"Margosari mengalami kenaikan air signifikan saat hujan sore hari," ujarnya.
Di Dusun Margodadi RW 07, jumlah rumah terdampak mencapai 383 unit dengan 397 KK atau 898 jiwa tercatat terdampak banjir.
"Margodadi menjadi salah satu wilayah dengan jumlah penduduk terdampak paling besar," kata Budi.
Kondisi di Dusun Cibeureum RW 08 tidak jauh berbeda karena 55 rumah terdampak dengan air masuk ke dalam rumah setinggi 15 hingga 25 sentimeter.
"Warga Cibeureum sebagian masih bertahan namun tetap waspada perubahan cuaca," ungkapnya.
Di Dusun Sidodadi RW 03, sebanyak 49 rumah terdampak dengan tujuh KK terpaksa mengungsi karena air tidak kunjung surut.
"Sidodadi juga mengalami genangan yang cukup tinggi terutama di halaman rumah," ujar Budi.
Dusun Bakung RW 04 mencatat 165 rumah terdampak dengan ketinggian air mencapai 65 sentimeter di jalan dan halaman.
"Bakung masih memerlukan dukungan tambahan karena akses jalan licin dan tergenang," katanya.
Budi mengatakan, pihaknya mencatat sejumlah fasilitas umum ikut terdampak banjir di Sidamulya terdiri dari empat sekolah, empat musala, dan satu masjid.
"Fasilitas pendidikan tidak bisa beroperasi maksimal karena ruang belajar ikut tergenang," jelas Budi.
Area persawahan seluas 124 hektare dan ladang 38 hektare ikut terendam sehingga mengancam potensi gagal panen.
"Genangan yang lama dapat memicu kerusakan tanaman dan kerugian ekonomi," ujarnya.
Dapur umum yang berdiri sejak awal bencana telah menyalurkan sekitar 2.100 bungkus makanan kepada warga terdampak.
"Kebutuhan makanan terus meningkat seiring jumlah warga yang terdampak," kata Budi.
Pihaknya menyebut kebutuhan mendesak saat ini meliputi sayur, lauk, obat-obatan, serta tambahan peralatan memasak seperti kompor dan panci besar.
"Kapasitas memasak perlu ditambah agar distribusi makanan tidak terhambat," tegasnya.
Di Desa Tarisi, tiga dusun yaitu Cikaronjo, Rangkasan, dan Sidadadi terdampak banjir yang menyebabkan 841 rumah dan 1.915 jiwa terpapar genangan.
"Tarisi mengalami pola yang sama di mana air naik setiap hujan sore," ujar Budi.
Pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk atasi banjir tersebut.
Budi menyebut, upaya penyedotan menggunakan empat mesin BBWS Citanduy belum efektif karena debit Sungai Citanduy masih tinggi.
"Selama debit sungai tidak turun, genangan sulit surut secara signifikan," jelas Budi.
Ketinggian air di Tarisi tercatat antara 21 hingga 83 sentimeter di halaman dan hingga 50 sentimeter di dalam rumah.
"Warga memilih bertahan di rumah karena genangan masih tergolong fluktuatif," kata Budi.
Saat ini, sejumlah unsur gabungan terus melakukan pemantauan dan penanganan darurat.
"Semua unsur di lapangan bekerja maksimal untuk membantu warga," ucap Budi.
Pihaknya meminta masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan karena potensi kenaikan air masih tinggi. (ray)
| BREAKING NEWS: Banjir dan Longsor Menerjang Jangli Semarang, Makin Parah saat Hujan Deras |
|
|---|
| Jalan Cilacap Pangandaran Lumpuh Berjam-jam Terendam Banjir Satu Meter |
|
|---|
| Frengki Ceritakan Datangnya Banjir Bandang Bulumanis Kidul Pati Bagai Tsunami, Rumahnya Rata Sekejap |
|
|---|
| Lumbir Banyumas Banjir Lagi, Air Masuk Rumah Mulai Jam 15.30 Sore |
|
|---|
| Lagi-lagi Banjir Rob Rendam Wilayah Karangsari Kabupaten Kendal |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/Banjir-Wanareja-Kondisi-Banjir-di-Kecamatan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.