Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

630 Siswa SMAN 1 Cimarga Mogok Sekolah, Buntut Kepsek Tampar Siswa yang Merokok

Kasus Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, tampar salah satu siswa gegara ketahuan merokok berbuntut panjang

Editor: muslimah
Instagram @berita_gosip dan Tribun Banten
KEPSEK TAMPAR MURID : (Kiri) Siswa ILP mengaku ditampar oleh kepala sekoalh SMAN 1 Cimarga (Kanan) : Kepsek SMAN 1 Cimarga, Dini Fitria diduga menampar siswa berinisial ILP (17). 

TRIBUNJATENG.COM - Kasus Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, tampar salah satu siswa gegara ketahuan merokok berbuntut panjang.

Sebanyak 630 siswa mogok sekolah pada Senin (13/10/2025) sebagai bentuk aksi prores.

Hal ini diungkap Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Dini Fitria, mengatakan total ada sekitar 630 murid dari 19 kelas di sekolahnya yang tidak masuk pada Senin kemarin.

Baca juga: Perundungan SMP 1 Geyer Grobogan, Mendikdasmen Soroti Minimnya Pengawasan Guru

"Semuanya sekitar 630 murid, kami sudah koordinasi dengan Wakasek agar KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) tetap kondusif, tetapi ternyata anak-anak punya cerita sendiri," kata Dini kepada wartawan di SMAN 1 Cimarga, Senin, dikutip Kompas.com

Selain mogok sekolah, dalam sebuah foto yang beredar di media sosial, juga terdapat spanduk bertulisan "kami tidak akan sekolah sebelum kepsek dilengserkan".

Namun, spanduk itu kini sudah dicopot.

Peristiwa kekerasan itu terjadi pada Jumat (10/10/2025) pagi.

Diketahui, Kepsek SMAN 1 Cimarga menganiaya siswa karena ketahuan merokok saat kegiatan Jumat Bersih. Saat ditegur, menurut Dini, murid tersebut tidak mengakui sedang merokok.

Kendati begitu, merasa kecewa siswa tersebut tidak mengakui perbuatannya, membuat dirinya sempat emosi karena merasa dibohongi.

"Saya kecewa bukan karena dia merokok, tapi karena tidak jujur. Saya spontan menegur dengan keras, bahkan sempat memukul pelan karena menahan emosi. Tapi saya tegaskan, tidak ada pemukulan keras," kata Dini.

Dini mengakui, telah menampar siswanya tersebut, akan tetapi tidak begitu keras. Tak hanya itu, Kepsek ini juga membantah bahwa dirinya menendang siswanya tersebut.

Menurutnya, ia hanya menepuk bagian punggung siswa.

"Saya tidak menendang. Hanya menepuk bagian punggung, itu pun karena emosi spontan. Tidak ada luka atau bekas apa pun," ucapnya. 

Lebih lanjut, Dini mengatakan warung tempat kejadian tersebut diduga kerap menjual rokok kepada siswa.

"Kami sudah pernah mengingatkan pemilik warung, agar tidak menjual rokok. Bahkan kami buat kesepakatan, kalau masih ketahuan, kantinnya akan kami tutup sementara," ujarnya.

Kendati begituk ia berharap peristiwa ini bisa menjadi pembelajaran, agar lebih berhati-hati dan menjaga komunikasi antara guru, siswa dan orang tua.

"Kami di sekolah berupaya membentuk karakter anak, bukan merusak. Kalau ada kekeliruan dalam cara saya menegur, tentu akan saya evaluasi," pungkasnya.

Sebelumnya, siswa bernisial  ILP (17) diketahui duduk di bangku kelas XII mengaku kejadian tersebut berawal saat dirinya ketahuan merokok di belakang warung yang berada di dekat sekolah.

Saat itu ia mengaku rokok tersebut langsung dibuangnya.

"Saya kaget waktu ketemu kepsek. Rokok langsung saya buang, tapi disuruh nyari lagi sama kepala sekolah,” jelasnya melalui sambungan telepon, Sabtu (11/10/2025), dikutip Tribunbanten.com

"Enggak ketemu-ketemu, lalu kepsek bilang saya bohong.” sambungnya.

Namun setelah itu ia mengaku dimarah hingga dianiaya oleh kepsek tersebut.

"Terus beliau marah, nendang saya di bagian punggung, terus nampol saya di pipi kanan,” sambungnya.

Ia mengaku tidak hanya mengalami kekerasan fisik, tetapi juga mendapat makian dengan kata-kata kasar saat peristiwa itu terjadi.

“Kepsek bilang goblok, anjing, terus nyuruh saya nyari rokok lagi, padahal udah enggak ada,” ujarnya.

Setelah itu, ILP kemudian dibawa ke ruang sekolah dan kembali dimarahi di hadapan beberapa guru.

“Beliau masih marah-marah, bilang kami enggak menghargai, dan katanya baru pertama kali marah sampai seperti itu,” katanya.

Orang Tua Tak Terima

Sermentara, melihat anaknya dianiaya kepsek, orang tua korban Tri Indah Alesti tak terima.

Terlebih, dirinya telah membawa kasus itu ke ranah hukum.

"Saya sebagai orang tua jelas sakit hati dan tidak terima anak saya ditempeleng dan ditendang di sekolah,” ujarnya melalui sambungan telepon.

“Kami sekeluarga sudah menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalah ini,” sambungnya.

Lebih lanjut, Tri juga meminta kepada Dinas Pendidikan Provinsi Banten agar segera mengambil tindakan tegas terhadap kepsek tersebut.

“Harapan saya, kepala sekolah itu diberhentikan. Kalau masih menjabat, anak saya bisa trauma dan takut masuk sekolah,” tegasnya.

(TribunSumsel.com)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved