Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

Literasi Jadi Terapi Jiwa, Pegiat Batang Ajak Masyarakat Temukan Ketenangan lewat Buku

Diskusi ini tak sekadar membahas pentingnya membaca, tetapi juga menggali sisi terapeutik dari aktivitas literasi.

Penulis: dina indriani | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUN JATENG/ISTIMEWA
DISKUSI LITERASI - Diskusi Pegiat Literasi bertema "Literasi sebagai Terapi Jiwa" pada Festival Literasi Disperpuska Batang. Pada diskusi tersebut tiga narasumber dihadirkan yakni Kurnia Hidayati penulis sekaligus pendidik, Tyas dari komunitas Read Aloud Batang, serta Muhammad Khikmat, perwakilan penyandang disabilitas. (Dok. Diskominfo Batang) 

TRIBUNJATENGCOM, BATANG - Festival Literasi 2025 yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpuska) Kabupaten Batang kembali menghadirkan semangat baru dalam menghidupkan budaya baca. 

Salah satu agenda yang menyita perhatian adalah Diskusi Pegiat Literasi bertema "Literasi sebagai Terapi Jiwa".

Diskusi ini tak sekadar membahas pentingnya membaca, tetapi juga menggali sisi terapeutik dari aktivitas literasi.

Baca juga: Bupati Batang Resmikan Kompetisi Basket Nusantara, Dorong Semangat Sportivitas Pelajar

Tiga narasumber dihadirkan yakni Kurnia Hidayati penulis sekaligus pendidik, Tyas dari komunitas Read Aloud Batang, serta Muhammad Khikmat, perwakilan penyandang disabilitas.

Kurnia Hidayati menekankan bahwa membaca bukan hanya soal menambah wawasan, tetapi juga mampu menenangkan jiwa.

“Membaca bisa menjadi ruang aman bagi siapa saja. Ia menyentuh sisi batin, memberi ketenangan, dan itu bisa dirasakan oleh semua kalangan,” ujarnya dalam rilis, Sabtu (25/10/2025).

Ia juga menyoroti pentingnya inklusivitas dalam gerakan literasi.

Menurutnya, manfaat membaca tidak terbatas pada kelompok tertentu. 

“Semua orang berhak merasakan manfaat literasi, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus,” tambahnya.

Sementara itu, Tyas dari Read Aloud Batang mengajak peserta untuk menghidupkan kembali metode membaca nyaring, terutama bagi anak-anak.

Ia menilai, kebiasaan ini bisa menjadi jembatan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap buku sejak dini.

“Anak-anak sekarang lebih akrab dengan gawai. Maka, metode membaca nyaring bisa menjadi alternatif yang menyenangkan. Buku memang benda mati, tapi lewat cerita, ia bisa hidup dan menginspirasi,” jelasnya.

Muhammad Khikmat turut berbagi pengalaman sebagai penyandang disabilitas yang merasakan langsung manfaat literasi dalam proses penyembuhan dan penguatan mental.

Ia berharap, kegiatan literasi bisa terus menjangkau lebih banyak komunitas, termasuk kelompok rentan. (din)

Baca juga: Pemkab Batang Tutup Pelatihan DBHCT Tahap 3, Ribuan Lowongan Siap Tampung Lulusan

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved