Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Industri Hasil Tembakau

Dari Ladang ke Pabrik, Tembakau Jadi Nadi Ekonomi

Matahari belum tinggi ketika Khoirul (29), petani asal Desa Kedunggading, Kecamatan Ringinarum.

Penulis: budi susanto | Editor: rival al manaf
(TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO)
LADANG TEMBAKAU - Khoirul (29), petani tembakau asal Desa Kedunggading, Kecamatan Ringinarum, Kabupaten Kendal, Jateng memeriksa daun tambakau di ladangnya, Kamis (2/10/2025). Khoirul satu di antara petani yang bergantung pada geliat Industri Hasil Tembakau (IHT) sebagai penopang hidup. 

Setelah 1945, kretek bertransformasi menjadi produk ekonomi rakyat. Menurut H. Soedarmo dalam Kretek: Sejarah dan Budaya terbitan 1956, industri kretek di Kudus berkembang pesat dengan basis padat karya. 

Ribuan buruh dilibatkan sebagai pelinting rokok, melahirkan citra sigaret kretek tangan (SKT) sebagai industri rakyat.

Perkembangan IHT semakin signifikan pada dekade 1970 - 1990-an. Perusahaan besar seperti Nojorono di Kudus, terus memperluas pasar. 

Laporan Kementerian Keuangan pada 1980 - 1995 menunjukkan cukai rokok menjadi salah satu penopang utama APBN, terutama saat harga minyak mentah dunia jatuh.

Pasca-Reformasi, regulasi industri diperkuat. Pada 2007, pemerintah meluncurkan DBHCHT. 

BPS Jateng pada 2008 mencatat dana ini digunakan untuk pembiayaan kesehatan, peningkatan kesejahteraan buruh, dan pengawasan rokok ilegal.

Program ini membantu ribuan pekerja industri dan petani melalui jaminan sosial berbasis DBHCHT.

Dalam dekade terakhir, peran IHT tetap dominan. Data Kementerian Keuangan 2022 menunjukkan penerimaan cukai hasil tembakau mencapai Rp 214 triliun, atau 95 persen dari total penerimaan cukai nasional.

Sementara untuk wilayah Jateng, Kementerian Perindustrian mencatat pada 2023, lebih dari 1,5 juta orang bergantung pada sektor IHT, mencakup petani tembakau di hulu dan buruh pabrik kretek di hilir. 

Kudus, Temanggung, dan Kendal menjadi daerah dengan kontribusi besar. Namun, industri ini menghadapi sejumlah tekanan seperti kebijakan fiskal berupa kenaikan tarif cukai tahunan.

Tekanan global, seperti regulasi WHO-FCTC, hingga maraknya rokok ilegal, yang menekan serapan tembakau dan mengurangi penerimaan negara.

Menurut Edi Sujarwo pemerhati sejarah, jejak panjang IHT menjadi bukti bahwa tembakau bukan hanya komoditas, tetapi elemen penting perekonomian Indonesia, khususnya Jateng. 

"Dari sistem tanam paksa era kolonial hingga kebijakan fiskal modern, industri ini terus menjadi sumber penerimaan negara, penggerak ekonomi daerah, serta lapangan kerja bagi jutaan orang," terangnya, beberapa waktu lalu.

Nojorono Kudus, Penopang Ekonomi Rakyat dari Kretek

ALUR EKONOMI - Infografik dari ladang tembakau hingga peran Industri Hasil Tembakau (IHT) di Kudus sampai regulasi tentang kontribusi IHT dan fiskal.
ALUR EKONOMI - Infografik dari ladang tembakau hingga peran Industri Hasil Tembakau (IHT) di Kudus sampai regulasi tentang kontribusi IHT dan fiskal. ((TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO))

Nama Kudus tak bisa dilepaskan dari sejarah kretek. Di kota inilah sejumlah pabrik rokok berdiri, termasuk PT Nojorono Kudus yang hingga kini menjadi salah satu produsen kretek terbesar dan berpengaruh di Indonesia.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved