Industri Hasil Tembakau
Dari Ladang ke Pabrik, Tembakau Jadi Nadi Ekonomi
Matahari belum tinggi ketika Khoirul (29), petani asal Desa Kedunggading, Kecamatan Ringinarum.
Penulis: budi susanto | Editor: rival al manaf
Didirikan pada 1932, Nojorono dikenal dengan merek legendaris Minak Djinggo serta produk populer Clas Mild.
Selama lebih dari 90 tahun, perusahaan ini tidak hanya menghasilkan rokok, tetapi juga menghidupi ribuan keluarga di Kudus dan daerah sekitarnya.
Sebagai pabrik padat karya, Nojorono mempekerjakan ribuan buruh pelinting rokok, sebagian besar perempuan.
Model produksi berbasis lintingan tangan membuat industri ini menjadi salah satu penyerap tenaga kerja terbesar di Kudus.
“Pekerjaan di pabrik rokok seperti Nojorono bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga tradisi turun-temurun,” ujar Ari seorang pekerja linting di Kudus.
Nojorono tidak hanya menggerakkan ekonomi buruh, tetapi juga petani tembakau di Jawa Tengah.
Setiap tahun, perusahaan ini menyerap hasil panen dari daerah penghasil tembakau utama, seperti Temanggung dan Kendal.
Skema kemitraan dengan petani membuat ribuan keluarga tani tetap bergantung pada serapan pabrikan.
Petani menyebut, keberadaan Nojorono membantu menjaga stabilitas harga tembakau di tengah fluktuasi pasar.
Selain berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja, Nojorono juga menjadi penyetor cukai yang signifikan.
Data Kementerian Keuangan menunjukkan, perusahaan skala menengah seperti Nojorono secara agregat menyumbang lebih dari 10 persen penerimaan cukai Jateng.
Di sisi sosial, Nojorono memiliki program tanggung jawab sosial (CSR) di bidang pendidikan, kesehatan, serta seni budaya.
Program tersebut memperkuat ikatan perusahaan dengan masyarakat Kudus sebagai kota kretek.
Meski demikian, industri hasil tembakau menghadapi sejumlah tantangan. Kenaikan tarif cukai tiap tahun dan maraknya rokok ilegal kerap menekan daya saing.
Nojorono, bersama perusahaan lain, juga harus beradaptasi dengan perubahan regulasi nasional maupun internasional.
Hingga kini, Kudus tetap dikenal sebagai pusat industri kretek di Indonesia. Nojorono menjadi salah satu ikon yang menjaga warisan tersebut, sekaligus motor ekonomi lokal yang berkontribusi pada fiskal nasional.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.