Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Bisnis Saya Gagal, Klarifikasi Taqy Malik Soal Utang Macet Rp9 Miliar untuk Beli Tanah Masjid

Klarifikasi Taqy Malik, “Saya niatkan Rp9 miliar itu akan selesai dalam satu tahun. Berarti cicilannya Rp667 juta. Kenapa saya berani, karena ada guru

Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
Instagram/ Taqy Malik
"Bisnis Saya Gagal" Klarifikasi Taqy Malik Soal Utang Macet Rp9 Miliar untuk Beli Tanah Masjid 

Ia mengaku berencana melunasi harga lahan tersebut dalam waktu satu tahun.

“Saya niatkan Rp9 miliar itu akan selesai dalam satu tahun. Berarti cicilannya Rp667 juta. Kenapa saya berani, karena ada guru-guru saya di belakang yang siap support, siap kasih nasehat. Kedua, saya ada bisnis yang InsyaAllah bisa nutup ini. Makanya saya sama sekali gak berharap pakai uang umat,” lanjutnya.

Namun, rencana itu tak berjalan sesuai harapan.

“Di perjalanan baru mulai, project saya gagal, bisnis saya gagal. Di termin kedua, saya gagal bayar sesuai perjanjian. Dari Rp667 juta, saya bisanya cuma Rp100 juta. Saya membayar sampai 12 bulan tapi semuanya semampu saya. Saya tidak bisa memaksa kemampuan. Total sampai 12 bulan itu kita bayar Rp2,24 miliar dari Rp9 miliar,” ungkap Taqy.

 


Desakan Transparansi dan Kontroversi Donasi Rp30 Ribu

Meski Taqy telah memberi penjelasan, publik tetap menuntut transparansi penuh terkait penggunaan dana umat. Banyak pihak menilai, pembangunan masjid seharusnya dikelola secara terbuka agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Kontroversi makin ramai setelah muncul program donasi Rp30 ribu per orang yang diinisiasi oleh Taqy. Program yang semula bertujuan membantu menyelamatkan masjid itu justru menuai tudingan karena dianggap tidak jelas arah penggunaannya.

Sebagian pihak menduga dana tersebut digunakan untuk melunasi utang pembelian tanah, bukan murni untuk pembangunan masjid sebagaimana disampaikan di awal. Kritik ini pun memperkuat desakan agar Taqy Malik menjelaskan secara terbuka sumber dan penggunaan dana proyek tersebut.

Kasus ini menjadi pelajaran penting bahwa niat baik dalam membangun rumah ibadah perlu diiringi dengan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman serta menjaga kepercayaan publik.
(*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved