UIN SAIZU Purwokerto
Menyulam Hujan di Panggung Dunia: Kisah Tari Wersa Riris Mahasiswa UIN Saizu
Menyulam Hujan di Panggung Dunia: Kisah Tari Wersa Riris Mahasiswa UIN Saizu
TRIBUNJATENG.COM - Di balik gemerlap cahaya panggung 3rd SEIBA International Festival 2025 di Auditorium Utama UIN Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat, ada sekelompok mahasiswa yang datang bukan sekadar untuk menari.
Mereka hadir membawa doa, membawa kearifan lokal, dan membawa jejak sejarah leluhur. Dialah Tari Wersa Riris, sebuah tarian tradisional Banyumas yang lahir dari ritual cowongan, doa masyarakat desa ketika menengadah ke langit, memohon turunnya hujan demi kehidupan yang kembali subur.
Dibawakan oleh lima mahasiswa UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto yang tergabung dalam grup Sekar Candra, tarian ini bukan sekadar gerakan ritmis di atas panggung.
Mereka adalah Amalia Nurul Fajriyah dari Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Anggi Fatika Rosidi dari Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fidha Kinasih dari Tadris Matematika (TMA), Luzi Ragil Fadilah dari Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), dan Sinta Bella Yulia Puspita Tri Wardani dari Perbankan Syariah (PS).
Di bawah binaan Dr. Fajry Subhaan Syah Sinaga, para penari muda ini berusaha menghidupkan kembali napas tradisi yang mulai jarang terdengar: ritual cowongan.
Lewat Wersa Riris, mereka memvisualisasikan doa sederhana petani yang menyalakan obor, menari mengitari kendi, lalu melantunkan harapan kepada Sang Pencipta agar tanah yang retak kembali basah, dan sawah kembali hijau.
Jejak Tradisi, Nafas Religiusitas
Ada sesuatu yang lebih dari sekadar gerakan tubuh ketika Wersa Riris ditampilkan. Tarian ini menyulam tiga hal: tradisi, religiusitas, dan kesadaran ekologis.
Dari tradisi, ia mewarisi nilai kebersamaan dan gotong royong.
Dari religiusitas, ia menegaskan bahwa manusia hanya bisa mengetuk pintu langit, menyerahkan segalanya kepada Allah SWT.
Dari kesadaran ekologis, ia menjadi pengingat bahwa menjaga alam adalah bagian dari menjaga iman.
Di atas panggung UIN Imam Bonjol Padang, pesan itu seolah menjelma nyata. Gerak yang anggun, iringan musik yang syahdu, dan kostum penuh makna membuat penonton larut. Seolah mereka diajak ikut berdoa, ikut berharap agar bumi senantiasa lestari.
Tak mudah bagi para mahasiswa ini. Berbulan-bulan mereka berlatih di sela-sela jadwal kuliah, menyatukan energi, dan menjaga kekompakan. Dari keringat, kelelahan, hingga tawa kecil di ruang latihan, semua terbayar lunas ketika mereka berdiri di atas panggung internasional.
Apresiasi pun datang bukan hanya dari penonton, tetapi juga dari para akademisi dan tamu undangan festival. Tari Wersa Riris dianggap mampu menjembatani kearifan lokal Banyumas dengan isu global: hubungan manusia, alam, dan spiritualitas.
Fakultas Dakwah UIN Saizu Jadi Tuan Rumah Police Goes to Campus Satlantas Purbalingga |
![]() |
---|
Pesona Tari Kidung Lelana Mahasiswa PGMI UIN Saizu di SEIBA 2025 |
![]() |
---|
Air Mata, Luka, dan Harapan: Hana Safira UIN Saizu Bawakan Monolog Nurjawilah di Ajang Internasional |
![]() |
---|
Studium Generale Fakultas Syariah UIN Saizu Bahas Peluang Karir Hukum di Industri Keuangan |
![]() |
---|
Momentum Upacara Hari Kesaktian Pancasila 2025, UIN Saizu Teguhkan Pancasila sebagai Perekat Bangsa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.