Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN SAIZU Purwokerto

Dosen UIN Saizu Tampil di AICIS 2025, Usung Konsep Parenting Ekoteologis

Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Dr. Asef Umar Fakhruddin sukses menjadi presenter AICIS 2025 di UIII Depok

Penulis: Adi Tri | Editor: M Zainal Arifin
IST
Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh sivitas akademika Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto.  Kali ini datang dari Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Dr. Asef Umar Fakhruddin. Dia yang sekaligus merupakan Koordinator Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) FTIK UIN Saizu Purwokerto sukses menjadi presenter Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS) 2025 di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok. 

TRIBUNJATENG.COM - Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh sivitas akademika Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto. 
Kali ini datang dari Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Dr. Asef Umar Fakhruddin.

Dia yang sekaligus merupakan Koordinator Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) FTIK UIN Saizu Purwokerto sukses menjadi presenter Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS) 2025 di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok.

Dalam forum ilmiah berskala internasional tersebut, Dr. Asef memaparkan hasil penelitiannya yang berjudul “Multi-Profession Community Ecotheological Parenting: Islamic and Anthropological Perceptions in Semi-Urban Societies of Nature.” 


Karya ilmiah tersebut mengupas hubungan antara nilai-nilai keislaman, kesadaran ekologis, serta praktik pengasuhan anak di masyarakat multi-profesi.

Penelitian yang dipresentasikan oleh Dr. Asef menjadi sorotan karena mengusung isu yang relevan dengan tantangan global: krisis lingkungan dan pendidikan karakter ekologis.

Dalam penjelasannya, Dr. Asef menegaskan bahwa krisis ekologis yang terjadi dewasa ini bukan hanya disebabkan oleh kurangnya teknologi atau kebijakan, melainkan karena lemahnya internalisasi nilai dan kesadaran diri dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menggunakan kerangka teori Pierre Bourdieu (habitus, arena, dan modal) serta pendekatan kuantitatif John Creswell, penelitian ini berupaya menelusuri bagaimana nilai ekoteologis yakni kesadaran lingkungan yang berakar pada ajaran Islam dapat diintegrasikan ke dalam praktik pengasuhan anak.

“Parenting ekoteologis bukan sekadar wacana normatif, tetapi strategi nyata membangun generasi yang cerdas ekologis dan spiritual,” ujar Dr. Asef dalam presentasinya di hadapan peserta AICIS 2025.

Penelitian ini menggunakan desain mixed method explanatory sequential, yang menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif melalui stratified random sampling, wawancara mendalam, serta focus group discussion (FGD) dari beragam profesi masyarakat semi-perkotaan.

Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat terhadap ekoteologi Islam relatif tinggi, namun masih terdapat kesenjangan antara pengetahuan dan praktik nyata di lapangan.

Analisis korelasi juga memperlihatkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh kuat terhadap penerapan parenting ekoteologis, menandakan pentingnya modal kultural dan simbolik dalam membentuk habitus ekologis keluarga.

“Internalisasi nilai ekoteologi bukan sekadar transfer informasi, tetapi proses sosial yang dipengaruhi konteks profesi, jaringan komunitas, dan sumber daya,” jelasnya.

Melalui penelitiannya, Dr. Asef menekankan bahwa eco-theological parenting dapat menjadi strategi kultural dalam menghadapi krisis ekologis global.

Praktik ini tidak hanya membentuk keluarga ramah lingkungan, tetapi juga memperkaya arah pendidikan Islam yang humanis, spiritual, dan ekologis.

Lebih jauh, penelitian ini membuka ruang baru bagi pengembangan kebijakan publik, strategi dakwah, dan komunikasi ekopedagogis.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved