Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UNIMMA

Dari Trauma ke Stigma, Dosen UNIMMA Kupas Akar Permasalahan Kesehatan Mental

“Ruang Aman untuk Terbuka Membahas Pikiran dan Perasaan”. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Soerojo Hospital

Penulis: Adi Tri | Editor: abduh imanulhaq
IST
Ns. Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep., Sp.Kep.J, dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), menjadi narasumber dalam talkshow pada rangkaian kegiatan Mini Festival Sejenak bertajuk “Ruang Aman untuk Terbuka Membahas Pikiran dan Perasaan”. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Soerojo Hospital bersama komunitas Ubah Stigma tersebut dilaksanakan pada Rabu (12/11) di Gedung Auditorium Edusmart Soerojo Hospital Magelang. 

TRIBUNJATENG.COM, MAGELANG - Ns. Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep., Sp.Kep.J, dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), menjadi narasumber dalam talkshow pada rangkaian kegiatan Mini Festival Sejenak bertajuk “Ruang Aman untuk Terbuka Membahas Pikiran dan Perasaan”.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Soerojo Hospital bersama komunitas Ubah Stigma tersebut dilaksanakan pada Rabu (12/11/2025) di Gedung Auditorium Edusmart Soerojo Hospital Magelang.

Hadir perawat, mahasiswa, komunitas kesehatan jiwa, kader kesehatan, guru BK, serta orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) beserta pendampingnya.

Kegiatan tersebut menyediakan ruang aman bagi masyarakat untuk belajar meregulasi emosi dan memahami isu kesehatan mental secara lebih komprehensif.

Dalam sesi talkshow, Sambodo Sriadi Pinilih yang akrab disapa Pipin membahas isu kecemasan dan depresi dari perspektif keperawatan jiwa.

Ia menekankan bahwa stigma masih menjadi tantangan besar dalam penanganan kesehatan mental.

“Orang sering menganggap pembahasan kesehatan jiwa sebagai hal yang tabu, mistis, atau bahkan aib. Akibatnya, banyak yang memilih menutup diri dan tidak segera mencari bantuan profesional,” jelasnya.

Pipin juga menyoroti peran media dalam membentuk persepsi masyarakat.

Ia menyampaikan bahwa representasi berlebihan di film atau sosial media sering menggambarkan kondisi kejiwaan secara dramatis.

“Tidak semua orang dengan gangguan jiwa itu histeris atau susah dikontrol seperti yang digambarkan di televisi atau sosial media. Penggambaran yang terlalu mendramatisir itu justru memperkuat stigma,” ungkapnya.

Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan jiwa juga menjadi tantangan tersendiri.

“Banyak orang lebih aware terhadap kesehatan fisiknya saja, padahal kesehatan fisik itu terkadang dilatarbelakangi karena adanya masalah kesehatan jiwa,” tambahnya.

Adapun berbicara mengenai fenomena meningkatnya masalah kesehatan mental pada anak muda, Pipin menegaskan bahwa gangguan jiwa tidak terjadi secara tiba-tiba.

“Ini proses panjang. Bisa berawal dari trauma masa kecil atau pola asuh yang salah yang menjadi pemicu menyebabkan seseorang mengalami masalah kesehatan jiwa,” tuturnya.

Lebih lanjut, Pipin menjelaskan, diperlukan empat langkah berkesinambungan, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi untuk mengurangi stigma.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved