PLN Jateng
Kembang Desa, Kembang Harapan: Sinergi Warga dan PLN IP Jaga Hulu Ungaran Lewat Ekowisata
Namanya Supolo, warga Ngesrepbalong, Limbangan, Kendal, tapi masyarakat lebih akrab memanggilnya Kang Polo.
Penulis: budi susanto | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Namanya Supolo, warga Ngesrepbalong, Limbangan, Kendal, tapi masyarakat lebih akrab memanggilnya Kang Polo.
Wajahnya legam, senyumnya ramah, dan kini ia dikenal sebagai anggota Pokdarwis Gunungsari Pucue Kendal yang aktif menggerakkan konservasi alam di lereng Gunung Ungaran.
Namun siapa sangka, pria yang sekarang setia mengangkat kamera untuk membidik burung, dulunya adalah seorang pemburu liar.
“Dulu saya berburu hampir setiap hari. Burung, musang, apa saja saya tembak. Tapi sekarang saya sadar, karena hewan yang saya buru itu juga punya anak, sama seperti saya dulu ditinggal orang tua,” kenangnya lirih, Selasa (23/9/2025).
Baca juga: PLN Gelar Lomba Tata Kelola PDKB 2025 di Semarang: Perkuat Keandalan Sistem Kelistrikan
Baca juga: Program Tamasya: PLN dan BKKBN Dukung Pengasuhan Anak dan Ibu Bekerja
Kisah kesadaran Kang Polo bermula dari masa kecilnya. Sejak kecil ia tumbuh tanpa orang tua, terbiasa mengisi kesepian dengan berkelana di hutan. Senapan menjadi teman, berburu jadi hiburan. Hingga suatu ketika, ia tersentak.
“Saya tidak mendengar lagi suara burung di sekitar rumah. Sepi sekali. Rasanya seperti waktu kecil, sepi tanpa orang tua. Di situlah saya merasa salah,” ujarnya.
Sejak itu, senapan yang dulu selalu dibawanya ia gantikan dengan kamera. Sama-sama membidik, namun bedanya hasil bidikan kamera bisa bercerita.
"Kalau pakai senapan, hewannya mati, mau cerita apa?” katanya sambil tersenyum.
Titik balik lain terjadi pada 2015, ketika Gunung Ungaran dilanda kebakaran hebat.
Kang Polo ikut terjun dalam reboisasi. Menanam kembali pohon-pohon di titik yang gersang membuatnya makin yakin, alam butuh dijaga, bukan dirusak.
Sejak 2019, ia mulai aktif dalam gerakan konservasi bersama masyarakat dan hasilnya mulai terlihat.
Di mana sebelum 2019 burung hampir habis. Kini beberapa jenis burung terlihat lagi dari burung pancawarna sampai julang emas yang pada 2019 hanya tinggal 3 ekor kini menjadi 10 pasang, dan bisa ditemukan di lereng Gunung Ungaran.
Tidak hanya ia sendiri, perlahan Kang Polo juga berhasil mengajak empat rekannya sesama pemburu untuk beralih.
Dari membidik dengan senapan menjadi membidik dengan kamera. Dari berburu hewan menjadi berburu gambar.
Dorongan dari berbagai pihak, termasuk PLN Indonesia Power (IP), makin memperkuat langkah Kang Polo.

Program konservasi bukan hanya menjaga hutan, tetapi juga memberi dampak ekonomi bagi warga Ngesrepbalong.
Lewat program bersama PLN IP yang diberi nama Kembangkan Pariwisata Ngesrepbalong, Dukung Ekonomi dan Pelestarian Alam atau Kembang Desa Ngesrepbalong, desanya kini punya peluang baru.
Dari jelajah ekowisata, kembang desa wisata edukopi dan birdwatching unik dan pertama di Kota Semarang, hingga terbukanya lapangan kerja bagi pemuda desa.
Pariwisata berbasis alam dan konservasi pun mulai dikenalkan ke luar, membawa nama Ngesrepbalong melampaui batas desa.
Sebelum sinergi menjaga alam lewat program Kembang Desa Ngesrepbalong, pada 2024 PLN IP juga telah berkolaborasi bersama Kelompok Tani Berkah Wana Lestari melalui program Julang Emas di Ngesrepbalong.
Namun jauh dari dua program tersebut, PLN IP telah berkolaborasi dengan Desa Ngesrepbalong sejak 2021 silam.
Berbagai langkah untuk menjaga kelestarian alam di Gunung Ungaran tersebut pun berbuah manis.
Pada 2025 kolaborasi tersebut menoreh berbagai prestasi bahkan menyabet 8 kali proper hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kandidat proper emas KLHK hingga 3 kali emas proper KLHK.
Dampaknya pun sangat dirasakan oleh warga Ngesrepbalong, tak hanya Kang Polo yang teredukasi dan insyaf menjadi pemburu liar yang kini ikut menjaga kelestarian alam.
Menurut Wahyudi Ketua Pokdarwis Gunungsari, kolaborasi bersama PLN IP menghidupi Ngesrepbalong dengan energi ramah lingkungan.
Hal tersebut lantaran dukungan PLN IP lewat pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
Pembangkit listrik hijau tersebut, menjadi sumber energi utama menggerakkan perekonomian para pemuda desa.
Ia mengatakan dulu PLTMH yang kini berkapasitas 4.000 Watt tersebut tak secanggih sekarang.
"PLTMH dibuat pemuda desa pada 2020, PLTMH dibuat dari bahan seadanya. Turbin seadanya, kincir juga memanfaatkan veleg kendaraan bekas," tuturnya.
Meski rakitan dan dari bahan bekas, tapi usaha para pemuda desa itu berhasil. PLTMH sederhana yang dibuat para pemuda desa itu bisa menghasilkan listrik.
Listrik dari PLTMH pun dimanfaatkan untuk penerangan. Pembuatan PLTMH sendiri didasari adanya aliran air yang cukup deras yang bisa dimanfaatkan untuk memutar turbin.
Meski menggunakan bahan seadanya namun perjuangan para pemuda desa untuk mewujudkan mandiri energi saat itu tak sia-sia.
Pada 2021, PLN IP melirik kiprah pemuda Desa Ngesrepbalong, pemuda desa juga dirangkul.
PLTMH yang ada pun dibangun ulang oleh PLN IP untuk menghasilkan listrik lebih besar, hingga kini dengan kapasitas mencapai 4.000 Watt.
"Sampai sekarang listriknya masih kami manfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti penerangan, penjemuran kopi, sampai keperluan kedai kopi yang dikelola pemuda Ngesrepbalong," ucapnya.
Wahyudi mengatakan, kini Ngesrepbalong punya daya tarik unggulan yaitu jelajah ekowisata, kembang desa wisata edukopi dan birdwatching.
"Potensinya sangat banyak, pengunjung bisa mencicipi kopi asli Ngesrepbalong di Kedai Kopi Pucue Kendal, belajar kopi lewat edukopi hingga pengamatan langsung burung langka seperti burung julang emas endemik asli Gunung Ungaran serta jelajah ke Curug Lawe Sicepit," tutur Wahyudi.
Melalui berbagai program termasuk digencarkannya Kembang Desa Ngesrepbalong perekonomian juga terus terdongkrak.
Bahkan Kedai Kopi Pucuke Kendal yang dikelola oleh pemuda Ngesrepbalong semakin banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
Di akhir pekan, kedai kopi yang tak jauh dari Curug Lawe Sicepit tersebut selalu dibanjiri pelanggan.
Lokasi kedai kopi yang memanfaatkan sumber energi ramah lingkungan itu dikelilingi hijaunya vegetasi lereng Gunung Ungaran.
Geliat perekonomian pun begitu terasa di kedai kopi yang ada di ketinggian sekitar 1.000 MDPL dan sudah berdiri sejak 2020 itu.
Dijelaskan Indra Hermawan, satu di antara pengelola Kedai Kopi Pucue Kendal. Omset rata-rata bisa mencapai Rp 4 juta lebih setiap pekan.
Selain menggunakan energi terbarukan, kedai tersebut juga menggandeng petani lokal.
"Kopi yang kami jual ada arabica dan robusta, kopi tersebut dari petani asli desa kami," jelasnya.
Adapun Sustainable Development Goal, (SDGs) atau tujuan program Kembang Desa Ngesrepbalong, bisa meningkatkan pendapatan desa melalui penjualan kopi yang mencapai Rp 315 juta per tahun.
Kemudian pendapatan dari aktivitas wisata di Ngesrepbalong bisa mencapai Rp 181 juta lebih pertahunnya. Lalu pendapatan dari pengelolaan sampah Rp 23 juta pertahun.
Tak hanya sektor ekonomi, langkah konservasi juga dicanangkan dalam program tersebut dengan cara pemeliharaan sumber mata air, Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang dan DAS Blorong.
Penggunaan pipa sisa material Heat Recovery Steam Generator (HRSG) untuk pebuatan TPS 3R dan screen sampah.
Pokdarwis Gunungsari Pucue Kendal sebagai penjaga kawasan Gunung Ungaran. 8 Ha perkebunan kopi yang bisa menyerap 61,31 ton CO2 pertahun.
Kemudian program 300 pohon asuh dan 17 pohon sarang, penanaman 10.000 pohon di kawasan Gunung Ungaran.
Pusat Informasi keanekaragaman hayati dan kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK), serta 1,8 persen pengelolaan sampah terhadap sampah di DAS Kabupaten Semarang.
F. Erwin Putranto, Senior Manager PLN IP UBP Semarang berujar, meski perusahaannya bergerak di bidang ketenagalistrikan, kepedulian terhadap kelestarian lingkungan tetap menjadi prioritas.
“Meski PLN IP bergerak di sektor energi, kami tetap mensupport adanya ekowisata di Ngesrepbalong. Lingkungan hulu wajib lestari, karena jika lereng Gunung Ungaran gundul, maka Semarang akan menghadapi bencana. Lebih jauh, keberlangsungan proses produksi listrik juga bisa terganggu,” ujarnya.
Menurut Erwin, kelestarian hulu di Ungaran berhubungan langsung dengan kondisi Kota Semarang yang berada di hilir.
Air, tanah, dan ekosistem di kawasan pegunungan menjadi penopang utama kehidupan sekaligus keberlangsungan pasokan energi.
Karena itu, menjaga hutan dan lingkungan sekitar bukan hanya tugas pemerintah atau masyarakat, melainkan juga kepentingan strategis sektor energi.
PLN IP UBP Semarang, lanjutnya, tidak bekerja sendirian. Perusahaan berkolaborasi dengan warga Ngesrepbalong, Pemerintah Daerah, hingga forum DAS.
Bentuk dukungan yang dilakukan bukan sekadar reboisasi, tetapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Kami ingin wilayah hulu ini bukan hanya lestari, tetapi juga tergerak perekonomiannya melalui ekowisata,” tambah Erwin.
Program yang digulirkan mencakup pengelolaan sampah, pengembangan wisata alam, hingga dukungan untuk UMKM lokal.
Harapannya, dengan ekowisata, masyarakat semakin memiliki keterikatan emosional sekaligus ekonomi dengan lingkungan, sehingga kelestarian menjadi kesadaran bersama.
Program Tamasya: PLN dan BKKBN Dukung Pengasuhan Anak dan Ibu Bekerja |
![]() |
---|
PLN Sukses Kawal Gelaran Final Four Proliga Putaran Kedua Semarang dengan Pasokan Listrik Andal |
![]() |
---|
Menang Mudah 3-0 atas Pertamina Enduro, Jakarta Electric PLN Juara Putaran 2 Final Four Proliga 2024 |
![]() |
---|
Gempa Kembali Guncang Batang, Kondisi Kelistrikan Dipastikan Aman |
![]() |
---|
PLN Ajukan RP 3 Triliun PMN 2025 Untuk Bangun Kelistrikan Daerah Terpencil |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.