Tribunjateng Hari Ini
Julio Terus Dibuntuti Orang soal Kematian Iko Unnes
Saat berada di sebuah kedai, beberapa orang tampak memantau dari kejauhan. Pemilik kedai pun merasa tak nyaman hingga meminta Julio segera pulang.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Vito
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Julio B Harianja, alumni Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (Unnes) angkatan 2013, mengaku diintai dan dibuntuti orang tak dikenal usai mengungkap kejanggalan meninggalnya mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (Unnes) angkatan 2024, Iko Juliant Junior (19).
Peristiwa itu dialami Julio setelah dirinya menghadiri aksi doa bersama di kampus Unnes pada Senin (1/9) lalu. Julio menuturkan, mulai merasa diawasi sejak berkumpul di sebuah kedai di kawasan Patemon, Gunungpati, usai acara doa bersama.
Saat itu, ia bersama sejumlah mahasiswa dan alumni berdiskusi berkait dengan dugaan kejanggalan di balik kematian Iko.
“Sejak aksi lilin itu saya sudah merasa ada gelagat tidak biasa. Awalnya saya kira hanya kebetulan ada orang nongkrong, tapi lama-lama terasa janggal. Puncaknya saat saya didatangi orang asing di sebuah warmindo,” katanya, dikutip Tribunjateng.com, Jumat (5/9).
Keesokan harinya pada Selasa (2/9), ia kembali berdiskusi di kedai yang sama. Namun, beberapa orang tampak memantau dari kejauhan. Pemilik kedai pun merasa tak nyaman hingga meminta Julio dan rekannya segera pulang.
Pada Rabu malam, Julio bersama rekannya pindah ke sebuah warung kopi tak jauh dari lokasi sebelumnya. Sekitar pukul 23.30, ia melihat orang asing mencurigakan yang diduga memotret serta merekam suasana.
“Mereka seperti pura-pura pesan makan, tapi justru merekam. Dari situ saya makin curiga,” ucapnya.
Merasa diikuti, Julio kembali ke kedai semula. Ia bahkan melihat sekitar enam orang berbadan besar datang dengan dua hingga tiga motor sekaligus.
Julio lalu menghubungi rekan-rekannya di Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FH Unnes melalui WhatsApp dan membagikan lokasi langsung. Sekitar pukul 00.10, dua rekannya pun datang menjemput.
Tak lama, orang tak dikenal itu kembali melintas sambil merekam dengan ponsel. “Saya coba berhentikan, tapi mereka kabur. Kami akhirnya pindah ke tempat yang lebih ramai sampai subuh,” tuturnya.
Julio menduga, intimidasi tersebut berkaitan dengan sikapnya yang mengawal dugaan kejanggalan kematian Iko.
“Saya yang meminta otopsi sebelum Iko dimakamkan, dan menyampaikan kronologi ke wartawan. Kalau ini murni kecelakaan, silakan dibuktikan. Kalau ada yang janggal, publik berhak tahu,” tegasnya.
Ia menduga, orang tak dikenal yang membuntutinya merupakan bagian dari upaya intimidasi. Bahkan, Julio menilai ada kemungkinan keterlibatan pihak tertentu.
Ketua Pusat Bantuan Hukum (PBH) IKA FH Unnes, Ady Putra Cesario juga sempat mengungkap dugaan intimidasi yang dialami anggotanya.
"Iya, satu anggota kami hari ini dibuntuti oleh enam orang tak dikenal di Semarang (Gunungpati-Red). Namun, kami belum bisa memastikan siapa orang itu, premankah atau pihak lain," ujarnya, kepada Tribun Jateng, Kamis (4/9).
Selepas kejadian itu, ia pun kini mewanti-wanti kepada tim advokasi dari PBH IKA FH Unnes agar tetap berhati-hati. "Jangan keluar sendiri terutama saat malam hari, karena pasti banyak orang yang ingin mengambil kesempatan dalam situasi seperti ini ya," ucapnya.
Didatangi orang asing
Tak hanya tim kuasa hukum, rumah keluarga Iko kini setiap harinya didatangi puluhan orang asing datang yang dengan alasan hendak melayat.
Caesar menyebut, keluarga akhirnya memilih untuk tidak menerima tamu sama sekali dengan alasan privasi dan keamanan.
"Keluarga meminta waktu untuk pemulihan psikologis karena masih ada trauma. Ketika ada tamu seperti itu dan dia enggak kenal, otomatis ada rasa takut," jelasnya.
Mengingat kondisi keluarga Iko dan tim advokasi yang sudah mulai diganggu oleh orang tak dikenal, pihak alumni kini mulai menghubungi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Ombudsman.
Ia menyebut, LPSK dihubungi untuk memberikan perlindungan terhadap keluarga korban. "Ada beberapa anggota Tim Advokasi sudah menghubungi LPSK, tinggal bersurat saja," ujarnya.
Berkaitan dengan Ombudsman, pihaknya meminta bantuan untuk mengawasi kinerja Polda Jateng dalam menangani kasus ini.
"Ombudsman bisa mengawal kasus ini agar kepolisian bekerja dengan transparan, karena kasusnya menjadi perhatian publik cukup besar," terangnya.
Cesar juga mengingatkan Polda Jateng agar menyelesaikan perkara ini melalui pemeriksaan yang terbuka berdasarkan dengan saksi-saksi yang valid.
"Kami juga akan bersurat kepada pihak Polda untuk mengawal perkara ini secara transparan dan serius," tuturnya. (rad/iwn)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.