Berita Semarang
Bersama Lawan Kekerasan: LBH Apik Semarang Dorong Intervensi Lewat 'Bantu'
LBH Apik Semarang mendorong pencegahan kekerasan berbasis gender dan seksual (KBGS) melalui pelatihan metode intervensi "Bantu".
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – LBH Apik Semarang mendorong pencegahan kekerasan berbasis gender dan seksual (KBGS) di ruang publik melalui pelatihan metode intervensi "Bantu".
Pelatihan ini merupakan bagian dari program Cari Layanan yang diinisiasi oleh Jakarta Feminist, bekerja sama dengan lima LBH Apik di Indonesia.
LBH Apik Semarang menjadi mitra utama dalam pelaksanaan pelatihan metode intervensi Bantu, khususnya di wilayah Jawa Tengah—provinsi yang masih menempati peringkat ketiga tertinggi dalam kasus kekerasan terhadap perempuan.
Baca juga: Guru Diduga Lakukan Kekerasan pada Siswa, Warga Geruduk SMAN Cepogo Boyolali
“Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi ruang bertukar pemahaman dan pengalaman di kalangan orang muda, khususnya dalam melakukan intervensi pencegahan KBGS, metode Bantu, ataupun bentuk-bentuk intervensi lain yang dapat dilakukan ketika melihat terjadinya KBGS," kata Direktur LBH Apik Semarang – Raden rara Ayu Hermawati Sasongko dalam keterangannya, Minggu (14/9/2025).
Kegiatan di Semarang melibatkan 120 peserta dari kalangan mahasiswa, aktivis komunitas, dan paralegal yang selama ini aktif dalam pendampingan korban kekerasan.
Kegiatan yang digelar di Wisma Perdamaian, Sabtu (13/9) tersebut menghadirkan sesi diskusi di Cegah Kekerasan dengan Bantu, menghadirkan Guest Star bernama Kalis Mardiasih menyampaikan beberapa pesan motivasi kepada peserta.
Kegiatan tersebut digelar didasari Catatan Tahunan (Catahu) LBH Apik Semarang, yang mencatatkan 101 kasus KBGS di tahun 2023 dan 102 kasus di 2024, yang seluruhnya menyasar perempuan dan anak.
Bentuk kekerasan yang dilaporkan meliputi KDRT (fisik, psikis, seksual, penelantaran), pemerkosaan kelompok (gang rape), kekerasan dalam pacaran, serta kekerasan seksual berbasis digital.
Adapun dijelaskan, data ini menguatkan pentingnya pelatihan metode Bantu yang mengajarkan strategi intervensi sederhana namun efektif ketika menyaksikan kekerasan seksual di ruang publik.
Jakarta Feminist, Astried Permata menambahkan, melalui Di Jalan Aman Tanpa Pelecehan (Demand) mengembangkan metode intervensi Bantu.
"Ini merupakan sebuah metode intervensi yang digunakan oleh saksi maupun korban ketika menyaksikan atau mengalami kekerasan seksual di ruang publik," jelasnya.
Melalui metode ini, lanjutnya, Jakarta Feminist berupaya mengajak sebanyak-banyaknya orang muda untuk terlibat dalam langkah pencegahan Kekerasan Berbasis Gender Seksual (KBGS) di ruang publik dengan menggunakan kampanye metode Bantu.
Baca juga: Prabowo: Tak Ada Alasan Izinkan Kekerasan
Dia menyebutkan, dalam pelaksanaannya, Jakarta Feminist bekerja sama dengan 5 (lima) LBH Apik di seluruh Indonesia, mulai dari LBH Apik Semarang, LBH Apik Jakarta, LBH Apik.
Sulawesi Selatan, LBH Apik Medan, hingga LBH Apik Nusa Tenggara Timur (NTT). Kelima lembaga ini menjadi mitra Jakarta Feminist dalam Program Cari Layanan untuk memfasilitasi pelatihan metode Bantu di wilayah kerja masing-masing. (*)
Kuasa Hukum Pertanyakan Sosok Aziz dan Fikri dalam Kasus Kematian Iko Mahasiswa Unnes |
![]() |
---|
LPSK Bocorkan Isi CCTV RS Kariadi Detik-detik Iko Juliant Junior Dibawa Mobil Double Cabin Berotator |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini, Minggu 14 September: Malam Berpotensi Hujan |
![]() |
---|
Fakultas Hukum Untag Gelar Fun Run 2025, Ajak Masyarakat Hidup Sehat |
![]() |
---|
37 Tenant Ramaikan Semarang Agro Expo 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.