Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Alasan Lukman Tega Membunuh Pengusaha Gadai Semarang Karena Menolak Pembayaran Kurang Rp400 Ribu

Alasan Lukman Listianto (30) tega menghabisi nyawa Ika Rahmawati (43), pengusaha gadai mandiri karena pembayarannya yang kurang Rp 400 ribu ditolak.

Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG/Iwan Arifianto
KASUS PEMBUNUHANAN - Lukman Listianto (30) alias LL mengaku membunuh korban karena harga gadai tidak sesuai. Pengakuan itu diungkapkan tersangka di Mapolrestabes Semarang, Kamis (25/9/2025). 

TRIBUNJATENG.COM - Alasan Lukman Listianto (30) tega menghabisi nyawa Ika Rahmawati (43), pengusaha gadai mandiri karena pembayarannya yang kurang Rp 400 ribu ditolak.

Sesuai kesepakatan, Lukman Listianto seharusnya membayar Rp 6 juta untuk menebus BPKB motornya. 

Namun pelaku hanya membayar Rp 5,6 juta, lebih kecil dari kesepakatan awal.

Baca juga: Pengakuan Lukman Piting Leher Pengusaha Gadai Semarang 5 Menit, Habis Itu Healing ke Pantai Cipta

Lukman pada awalnya mengadaikan motor Beat hitam pelat H3905PQ seharga Rp6 juta dengan tenor gadai 1 Minggu.

Belum ada 1 Minggu, tersangka mendatangi rumah korban untuk menebus motornya di Perumahan Banjardowo, Karangroto, Genuk, Kamis (18/9/2025) sekitar pukul 13.30 WIB.

Namun, tersangka hendak menebus motornya dengan angka Rp5,6 juta bukan Rp6 juta sesuai kesepakatan awal.

Mendapatkan tawaran itu, korban sontak menolak hingga berujung pembunuhan.

"Saya mencekik korban selama kurang lebih 5 menit hingga korban meninggal dunia," ujar tersangka Lukman di Mapolrestabes Semarang, Kamis (25/9/2025).

Selepas memberikan pernyataan itu, tersangka enggan menjawab pertanyaan lainnya yang diajukan Tribun.

Ia hanya melengos saat digiring polisi ke ruang tahanan. 

Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal (Wakasatreskrim) Polrestabes Semarang, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Agung Joko Haryono menyebut, pembunuhan tersebut dilakukan tersangka selepas tawarannya untuk menebus gadai buntu.

Tersangka muncul niat jahatnya selepas adu mulut dengan korban. 

Ketika itu, tersangka langsung merencanakan niat jahatnya dengan berdalih menumpang ke kamar mandi. 

Korban yang tak curiga lantas mempersilahkannya.

Sesudah dari kamar mandi, tersangka lantas memiting korban dari arah belakang.

"Tersangka memiting leher korban dari arah belakang dengan tangan kanan. Tangan kirinya digunakan untuk menarik tangan kanan agar pitingan semakin kuat," katanya.

Korban dalam kejadian itu sempat melawan dengan menggunakan tangannya. 

Hasil visum menunjukkan ada luka lecet dan memar di leher korban. 

"Ada resapan darah di otot leher dan tenggorokan korban, dia mati lemas," papar Agung. 

LOKASI PEMBUNUHAN - Suasana rumah bercat abu-abu milik Ika Rahmawati di sebuah gang kawasan Semarang, Senin (22/9/2025). Hingga kini police line masih melintang di pagar rumah pasca peristiwa tragis pada Kamis (18/9/2025)/TRIBUNJATENG/REZANDA AKBAR D.
LOKASI PEMBUNUHAN - Suasana rumah bercat abu-abu milik Ika Rahmawati di sebuah gang kawasan Semarang, Senin (22/9/2025). Hingga kini police line masih melintang di pagar rumah pasca peristiwa tragis pada Kamis (18/9/2025)/TRIBUNJATENG/REZANDA AKBAR D. (TRIBUNJATENG/Rezanda Akbar)

Tipu Teman

Lukman selepas  melakukan pembunuhan tersebut lalu mengambil dua kalung milik korban.

Ia kemudian memanggil temannya Fadli Wahyu Kurniawan yang sedari awal menunggu tersangka di luar rumah. 

"Tersangka kepada temannya mengaku korban pingsan setelah jatuh di kamar mandi saat wudhu," ungkap Agung.

Teman korban tersebut tanpa curiga lantas membantu tersangka Lukman mengangkat tubuh korban ke atas tempat tidur.

Mereka lalu meninggalkan lokasi tersebut dengan membawa dua kalung dan motor tersangka.

AKP Agung menyebut, teman tersangka sejauh ini statusnya masih saksi.  

"Kami belum menemukan keterlibatan dalam tindak pidananya. Namun, kami masih melakukan penyelidikan lebih mendalam," ungkapnya.

Healing ke Pantai

Lukman dan Fadli sesudah dari rumah korban langsung menuju ke pantai Cipta, Bandarharjo, Semarang Utara. 

Menurut AKP Agung, tersangka menuju ke tempat itu karena ingin menenangkan diri.

"Mereka berdua panik jadi ingin menenangkan diri di pantai," ucapnya.

Sehabis menenangkan diri di pantai, mereka berdua kembali ke kediamannya masing-masing. 

Tersangka Lukman saat itu kembali ke rumah mertuanya di kawasan Candi Penataran, Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang

Ia juga beraktivitas seperti biasa dengan bekerja sebagai pegawai swasta di satu perusahaan di Puri Anjasmoro. 

Tiga hari berselang, polisi menjemput tersangka di rumah mertuanya, Sabtu (20/9/2025).

Agung menambahkan, tersangka dijerat dua pasal sekaligus meliputi pasal 365 ayat 3 KUHP dan pasal 338 KUHP.

"Ancaman maksimal 15 tahun penjara," imbuhnya. 

Kronologi

Kasus pembunuhan itu ramai di jagad media sosial pada Sabtu, (20/9/2025).

Ika Rahmawati (43), seorang perempuan yang dikenal warga sebagai pengusaha gadai mandiri, ditemukan meninggal dengan luka mencurigakan di bagian lehernya pada Kamis (18/9/2025) malam.

Hingga kini, rasa kaget dan duka masih menyelimuti para tetangga.

Giyanto (64), warga sekitar, masih mengingat jelas bagaimana kabar kematian Ika pertama kali diketahui. 

“Adiknya pulang habis magrib, dari cerita adiknya, biasanya Mbak Ika kalau tidur itu pintunya dikunci. Tapi malam itu pintunya terbuka sedikit,” tuturnya kepada Tribunjateng.com, Senin (22/9/2025).

Menurutnya, adik korban sempat mengira kakaknya sedang tidur. 

“Adiknya habis nyapu, dia nengok kamar, dilihat mungkin dikira tidur. Baru dibangunin ternyata sudah pingsan. Tetangga yang kerja sebagai perawat ngecek nadi, eh ternyata sudah meninggal,” ujarnya.

Giyanto menambahkan, suasana sempat gaduh ketika warga mendapati ada kejanggalan di leher korban. 

“Lah setelah itu terus di leher itu ada yang janggal, kayak jeratan apa cekikan gitu loh. Akhirnya warga kumpul, jerit-jerit, Pak RT datang, Pak RW datang, terus lapor ke polsek,” kenangnya.

Hari itu, kata Giyanto, kondisi lingkungan memang tidak seperti biasanya. Sejak pagi hingga pukul 16.00 WIB, aliran listrik padam di kawasan tersebut. 

“Mati lampu sehari full. Dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore baru nyala, mungkin lagi pemadaman,” ujarnya.

Sehingga kondisi tersebut menyebabkan CCTV yang di rumah korban tidak bisa merekam langsung kejadian yang menimpa korban.

Ika sendiri dikenal warga sebagai sosok yang ramah. Sehari-harinya ia tinggal di rumah itu, melayani warga sekitar ataupun luar yang ingin menggadaikan barang, mulai dari sepeda motor, televisi, hingga mobil. 

“Usaha gadainya sudah jalan sekitar dua tahun, semenjak dia keluar dari BPR. Ramai, lumayan, sampai sekarang aja masih ada beberapa motor sama mobil yang digadaikan di rumah itu,” jelas Giyanto.

Namun, di balik aktivitas usahanya, peristiwa Kamis malam membuat warga sekitar geger. Dari informasi yang berkembang, sejumlah barang gadai seperti, sepeda motor Beat dan satu televisi hilang.

Kini, empat hari setelah kejadian, rumah korban masih tampak sepi. 

Portal gang tetap tertutup rapat, hanya sesekali dibuka bila ada warga yang melintas. 

Baca juga: Leher Pemilik Jasa Gadai di Semarang Dicekik hingga Tewas, Motor Jaminan Diambil, Ini Pelakunya

Lampu dalam rumah menyala terus, seakan menjadi penanda bahwa rumah itu masih menyimpan tanda tanya besar.

“Sejak Kamis malam itu, portal enggak pernah dibuka lagi. Kalau warga keluar masuk ya dibuka, habis itu ditutup lagi,” kata Giyanto pelan.

Jenazah Ika telah dimakamkan di Brebes pada Jumat pagi (19/9/2025). (Iwn) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved