Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Cuaca Buruk

BMKG Sebut Awal November Curah Hujan di Semarang Turun, Namun Perlu Diwaspadai Lagi Cuaca Ekstrem

Setelah hampir dua pekan diguyur hujan deras nyaris tanpa jeda, cuaca di wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Semarang menunjukkan perubahan. 

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: rival al manaf
(DOK TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV)
PERIKSA TALUD JEBOL - Petugas DLH Kabupaten Semarang memeriksa lokasi robohnya talud di Lingkungan Gembongan, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kamis (23/10/2025). Talud setinggi enam meter itu jebol diduga seusai tanah dibaliknya tergerus air saat hujan lebat. 

TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN — Setelah hampir dua pekan diguyur hujan deras nyaris tanpa jeda, cuaca di wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Semarang menunjukkan perubahan. 

Beberapa hari terakhir, intensitas hujan di dua kawasan tersebut terlihat menurun.

Pantauan di wilayah Ungaran, Bergas, dan sebagian Kota Semarang pada Senin (3/11/2025), menunjukkan gerimis ringan yang turun hanya sebentar pada siang hari. 

Begitu pula pada hari-hari sebelumnya di mana hujan turun sebentar, kadang siang, kadang malam, tanpa intensitas tinggi seperti pertengahan menjelang akhir Oktober 2025.

Hujan lebat yang sebelumnya sering terjadi sepanjang hari, bahkan angin kencang yang terkadang melanda, kini nyaris tak tampak. 

Fenomena perubahan cuaca tersebut juga dibenarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Semarang. 

Menurut Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Semarang, Giyarto, saat ini wilayah Jawa Tengah tengah mengalami fase penurunan curah hujan atau subsidensi.

“Pada awal November ini terjadi subsidensi atau penurunan curah hujan di beberapa wilayah Jawa Tengah.

Namun kondisi ini bersifat sementara, karena intensitas hujan akan meningkat lagi setelahnya dan masih pada awal bulan,” kata Giyarto kepada Tribunjateng.com.

Dia menjelaskan, secara klimatologis, periode Oktober hingga Desember merupakan masa dengan sifat hujan “atas normal” di sebagian besar wilayah Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Semarang. 

Faktor yang memengaruhi antara lain gangguan dinamika atmosfer di wilayah ekuator, serta konvergensi dan belokan angin yang memperkuat potensi hujan.

“Kondisi atmosfer di wilayah Jawa Tengah bergerak fluktuatif.

Setelah periode subsidensi ini, potensi pembentukan awan konvektif besar akan meningkat kembali,” imbuh Giyarto.

BMKG juga mencatat adanya perlambatan konvektivitas di lapisan atmosfer yang bisa memicu pembentukan awan kumulonimbus berukuran besar. 

Awan jenis ini kerap menjadi pemicu munculnya hujan ekstrem dan petir dalam waktu singkat.

“Masyarakat perlu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem susulan, seperti hujan lebat disertai petir atau angin kencang,” pungkas dia. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved